Karimun, NU Online
Peringatan Harlah ke-70 Muslimat NU telah berlalu. Ratusan ribu "Srikandi" Nahdatul Ulama menjadikan stadion kebanggaan warga Malang Gajayana menjadi hijau. Mereka adalah sedikit dari jutaan anggota Muslimat NU yang datang dari berbagai penjuru pelosok tanah air.
Satu di antara mereka yang menghijaukan stadion Gajayana tersebut adalah Nyimas Novi Ujiani. Ia datang dari Karimun, sebuah kabupaten kecil di Provinsi Kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan negara Singapura dan Malaysia. Nyimas Novi Ujiani adalah sosok perempuan gigih, di balik kemajuan Muslimat NU di wilayah tersebut.
Lima tahun lalu, Muslimat NU bukan apa-apa di Kabupaten Karimun. Jangankan berkiprah, masyarakat pun belum banyak yang tahu mengenai apa itu Muslimat NU. Akhirnya dengan kegigihan dan tekad yang kuat, kini Muslimat NU mulai di kenal dan memberikan manfaat bagi masyarakat Kabupaten Karimun. Bahkan, Muslimat NU Karimun kini terbesar nomor 2 di provinsi Kepulauan Riau setelah Kota Batam.
Nyimas Novi Ujiani memperkenalkan Muslimat NU di Karimun dengan pendekatan kultur masyarakat setempat. Wanita yang di lahirkan di Kp Laut Jambu 40 tahun lalu tersebut sangat menyadari, bahwa masyarakat Karimun yang multi etnis harus mendapatkan sentuhan dari hati. Semua pihak harus di akomodir tanpa meninggalkan basis budaya Melayu "pemilik" bumi Karimun.
"Karimun selain wilayah perbatasan, juga di huni oleh banyak suku dari tanah air. Ada Melayu, Batak, Minang, Jawa dan banyak lagi. Maka saya harus masuk ke tata cara mereka tanpa harus meninggalkan ke-Melayu-an saye" kata wanita yang akrab di sapa Nyimas ini.
Menyelami latar belakang dan kebiasaan positif masyarakat inilah yang akhirnya ia mampu masuk ke semua lapisan masyarakat tanpa sekat dan jarak.
Eksistensi Muslimat NU di Karimun
Beberapa tahun lalu, setelah resmi mendapatkan SK sebagai pimpinan cabang Muslimat NU, Nyimas langsung menyusun kepengurusan tingkat PAC, di situlah tantangan besar di mulai.
Untuk kabupaten yang memiliki wilayah pulau-pulau, Nyimas harus mengarungi lautan untuk mewujudkan kepengurusan tingkat PAC. Ombak tinggi dan badai besar pernah ia rasakan. Bahkan ia harus rela menginap di rumah-rumah warga pulau jika transpirtasi untuk kembali ke Karimun tidak ada. Artinya, ia harus rela menginap di rumah warga dan meninggalkan segala fasilitas "komplit" di kediamannya.
"Untuk menjangkau wilayah seperti kecamatan Moro dan Durai, kita harus menempuh perjalanan laut antara 1 setengah jam sampai 2 jam, itu kalau cuaca bersahabat, tapi kalau musim angin utara, bisa sampai 3 jam," lanjut Nyimas.
"Karena keterbatasan transportasi, kami sering menginap di rumah-rumah warga, namanya juga pulau ya, kadang untuk naik kapal itu harus menunggu air pasang, jadi kalau pas surut kapal tidak bisa merapat" tandas Nyimas.
Upaya keras Nyimas bersama jajarannya di Muslimat NU kini membuahkan hasil. Hampir seluruh kecamatan, kini telah terbentuk kepengurusan PAC, bahkan ada beberapa sudah terbentuk kepengurusan ranting. "Alhamdulillah berkat kerja keras pengurus dan arahan pimpinan wilayah serta pusat, kini telah terbentuk seluruh PAC dan ada beberapa ranting. Saya tidak akan dapat mewujudkannya, tanpa ada pengurus lainnya" ucap Nyimas.
Agar organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya, Nyimas yang juga anggota DPRD Karimun ini membentuk dan menjadi pembimbing beberapa majelis ta'lim. Bahkan ia mengharuskan, setiap PAC mengadakan pengajian secara berkala, sehingga setiap anggota mampu melaksanakan amaliah ahlussunah wal jama'ah an nadliyah.
"Setiap PAC harus ada majelis ta'lim, dan di dalam situlah di ajarkan amaliah-amaliah Nahdatul Ulama, seperti yang di ajarkan mbah Hasyim" ungkap Nyimas. Selain sebagai "arena" menuntut ilmu, majelis ta'lim tersebut juga sebagai perekat hubungan batin antara sesama anggota Muslimat. "Di majelis ta'lim tersebut sudah tentu dapat ilmu, di situ juga akhirnya terbangun komunikasi yang mampu menyatukan cara berpikir kami sesama anggota yang bermuara pada ikatan batin, loro siji loro kabeh, seneng siji seneng kabeh," ucap Nyimas bersemangat.
Selain itu, sebagai wujud perhatian Muslimat NU kepada generasi muda, kini Muslimat NU yang di pimpin oleh Nyimas Novi Ujiani juga merintis mendirikan lembaga pendidikan bagi anak-anak usia dini, baik yang formal maupun non formal. "Anak-anak adalah aset kita, maka jika kita ingin maju di masa depan tergantung cara kita mengelola aset kita saat ini. Mereka membutuhkan perhatian sesuai dengan tingkatannya, jangan di paksa paham jika belum waktunya. Kelihatannya hal sepele, tapi ini penting bagi mereka, apalagi yang memerlukan perhatian dan perlakuan khusus" ujar Nyimas yang diamini pengurus lainnya. Tahap awal, lembaga pendidikan ini akandi dirikan di pulau Karimun besar terlebih dahulu, kemudian akan menyusul ke pulau-pulau lainnya.
Kegiatan Muslimat NU Karimun Jelang Harlah
Kiprah istri dari ketua DPC PKB Karimun ini tidak berhenti di situ saja. Beberapa waktu lalu menjelang Harlah ke-70, ia menggelar seminar kesehatan mengenai kanker serviks dan payudara, dengan melibatkan puluhan organisasi wanita yang ada di Bumi Berazam. Sebagai pembicara, ia mendatangkan dari Rumah Sakit KPJ Johor Malaysia.
"Iya betul, kemarin kami membuat seminar kesehatan, kami datangkan pembicara dari Malaysia specialis kanker servick dan payudara" jawab Nyimas menyangkut pertanyaan kegiatan Harlah Muslimat. "Sebagai organisasi berbasis massa wanita, hal tersebut penting, karena penyakit itu muncul akibat ketiadaan pengetahuan serta ketidak pedulian yang bersangkutan. Dan ingat, penyakit itu sangat membahayakan bagi kaum hawa," lanjut Nyimas.
Selain seminar kesehatan, menjelang Harlah beberapa waktu yang lalu Muslimat NU juga menyelenggarakan lomba mewarnai bagi anak-anak TK dan SD yang di ikuti oleh 680 anak. Hal tersebut di lakukan agar ada rangsangan bagi anak-anak lebih kreatif lagi. "Sekali lagi anak-anak itu aset kita untuk masa depan. Bagi saya pinter itu penting, tetapi anak yang kreatif itu lebih penting, maka salah satu cara merangsang anak-anak itu kreatif kita selenggarakan lomba mewarnai," ujar Nyimas.
Di usia Muslimat NU ke 70 ini, Nyimas Novi Ujiani menyadari bahwa tantangan semakin berat. Kekompakan dan terus belajar akan menjadi kunci dalam keberhasilan untuk ikut andil memecahkan permasalahan bangsa ini. "Semakin tua usia, semakin maju zaman maka semakin banyak hal yang dapat menjadi masalah. Contohnya adalah narkoba, wilayah Karimun dan Kepri yang berbatasan dengan negara luar, menjadi pintu masuk narkoba, untuk itu di setiap kesempatan saya selalu mengingatkan kepada ibu-ibu untuk waspada, dan segera cari tahu jika suami atau anak-anak mereka ada perubahan sikap; karena bisa jadi itu akibat dari narkoba. Karena apa, untuk mendapatkan ekstasi atau sabu-sabu di Karimun buka hal yang sulit," beber Nyimas.
"Saya, dan kami adalah ibu, tentu akan sakit dan memprihatinkan bagi saya dan kami semua jika satu di antara anggota keluarga kami menjadi budak narkoba," pungkas Nyimas. (Sularno Menot/Fathoni)