Daerah

Siapa yang Paling Awal Masuk Surga?

Jum, 29 Desember 2017 | 01:19 WIB

Surabaya, NU Online

Setelah meninggal, setiap muslim menginginkan kelak dapat masuk surga. Bahkan bila memungkinkan bisa menjadi kalangan pertama untuk menikmati kenikmatan abadi tersebut.

Hal ini yang dijelaskan Ustadz H Farmadi Hasyim pada kajian usai shalat Subuh di Masjid al-Akbar Surabaya, Rabu (27/12). “Penjelasannya ada di kitab Durratun Nasihin karya Assyekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Assyakir al-Hubiri tepatnya di halaman 16,” katanya di hadapan jamaah.

Menurut Wakil Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PW LDNU Jatim) tersebut, kisah ini menceritakan empat golongan yang berebut masuk surga yakni orang alim, syahid, kaya, serta haji mabrur. Bahkan Allah SWT harus mengutus Malaikat Jibril untuk menyelesaikannya.

Akhirnya pertama kali yang ditanya oleh Malaikat Jibril adalah orang yang mati syahid. “Apa yang engkau kerjakan di dunia semasih hidup sehingga merasa berhak masuk surga terlebih awal?”

“Saya terbunuh dalam peperangan demi membela agama dan mencari ridla Allah,” jawabnya.

Malaikat Jibril justru balik bertanya, darimana informasi yang menyebutkan bahwa orang syahid berhak masuk surga? Ternyata yang bersangkutan menjawab bahwasanya penjelasan tersebut didapat dari gurunya kala masih di dunia.

“Tidakkah engkau malu kepada orang yang menyampaikan kabar ini? Kamu tidak sopan dan sebaiknya mundur lantaran tidak berhak masuk surga lebih awal,” jawab Jibril.

Orang kedua yang ditanya adalah haji mabrur, dengan pertanyaan yang sama seperti di awal. Ternyata jawabannya sama bahwa kabar tentang masuknya para haji mabrur diperoleh dari sang guru. Dengan serta merta yang bersangkutan mundur teratur.

Pertanyaan juga disampaikan kepada orang kaya nan dermawan. “Nyatanya, jawaban yang disampaikan sama saja yakni dirinya mendapat informasi tersebut dari ulama dan gurunya,” kata Ustadz Farmadi, sapaan akrabnya.

Akhirnya, Malaikat Jibril langsung mempersilahkan kepada ulama dan orang alim ini untuk masuk surga lebih awal dengan tanpa melewati proses pertanyaan seperti tiga orang sebelumnya. “Namun apa yang terjadi? Ternyata sang ulama menolak dengan alasan dirinya merasa tidak pantas masuk surga,” ungkap kandidat doktor di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut.  

Orang alim ini beralasan bahwa dirinya justru tidak pantas masuk surga mendahului yang lain. “Saya hanya menyampaikan ilmu Allah, dan saya tidak ada artinya kalau tanpa kedermawanan dan kebaikan orang kaya,” jelasnya.

Sejumlah dialog ini akhirnya disampaikan kepada Allah SWT. “Allah memerintahkan kepada Malaikat Ridwan untuk membuka pintu surga dan mempersilakan orang kaya dermawan untuk masuk surga lebih awal, serta disusul ketiga golongan setelahnya,” kata Kepala Seksi Haji dan Umrah Kementerian Agama Kota Surabaya tersebut.

Menurut Ustadz Farmadi, kisah ini memberikan penjelasan bahwa peran orang kaya yang disertai dengan sifat dermawan sangat dibutuhkan. “Banyak sarana dakwah dan kebaikan justru akan tertunda bahkan gagal tanpa ditopang pembiayaan yang cukup,” ungkapnya.

Karenanya, memiliki para aghniya atau orang kaya namun juga diimbangi dengan kedermawanan tinggi sebagai penunjang suksesnya dakwah Islam. “Merekalah yang layak memperoleh surga terbaik, bahkan mendapat prioritas utama untuk masuk lebih awal,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)