Surabaya, NU Online
Setelah meninggal, setiap muslim
menginginkan kelak dapat masuk surga. Bahkan bila memungkinkan bisa menjadi kalangan pertama untuk menikmati kenikmatan abadi tersebut.
Hal ini yang dijelaskan Ustadz H
Farmadi Hasyim pada kajian usai shalat Subuh di Masjid al-Akbar Surabaya, Rabu
(27/12). “Penjelasannya ada di kitab Durratun Nasihin karya Assyekh Utsman bin
Hasan bin Ahmad Assyakir al-Hubiri tepatnya di halaman 16,” katanya di hadapan
jamaah.
Menurut Wakil Ketua Pengurus Wilayah
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PW LDNU Jatim) tersebut, kisah ini menceritakan
empat golongan yang berebut masuk surga yakni orang alim, syahid, kaya, serta
haji mabrur. Bahkan Allah SWT harus mengutus Malaikat Jibril untuk
menyelesaikannya.
Akhirnya pertama kali yang ditanya
oleh Malaikat Jibril adalah orang yang mati syahid. “Apa yang engkau kerjakan
di dunia semasih hidup sehingga merasa berhak masuk surga terlebih awal?”
“Saya terbunuh dalam peperangan demi
membela agama dan mencari ridla Allah,” jawabnya.
Malaikat Jibril justru balik
bertanya, darimana informasi yang menyebutkan bahwa orang syahid berhak masuk surga?
Ternyata yang bersangkutan menjawab bahwasanya penjelasan tersebut didapat dari
gurunya kala masih di dunia.
“Tidakkah engkau malu kepada orang yang
menyampaikan kabar ini? Kamu tidak sopan dan sebaiknya mundur lantaran tidak
berhak masuk surga lebih awal,” jawab Jibril.
Orang kedua yang ditanya adalah haji
mabrur, dengan pertanyaan yang sama seperti di awal. Ternyata jawabannya sama
bahwa kabar tentang masuknya para haji mabrur diperoleh dari sang guru. Dengan
serta merta yang bersangkutan mundur teratur.
Pertanyaan juga disampaikan kepada orang
kaya nan dermawan. “Nyatanya, jawaban yang disampaikan sama saja yakni dirinya
mendapat informasi tersebut dari ulama dan gurunya,” kata Ustadz Farmadi,
sapaan akrabnya.
Akhirnya, Malaikat Jibril langsung
mempersilahkan kepada ulama dan orang alim ini untuk masuk surga lebih awal dengan
tanpa melewati proses pertanyaan seperti tiga orang sebelumnya. “Namun apa yang
terjadi? Ternyata sang ulama menolak dengan alasan dirinya merasa tidak pantas
masuk surga,” ungkap kandidat doktor di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya tersebut.
Orang alim ini beralasan bahwa dirinya
justru tidak pantas masuk surga mendahului yang lain. “Saya hanya menyampaikan
ilmu Allah, dan saya tidak ada artinya kalau tanpa kedermawanan dan kebaikan orang
kaya,” jelasnya.
Sejumlah dialog ini akhirnya
disampaikan kepada Allah SWT. “Allah memerintahkan kepada Malaikat Ridwan untuk
membuka pintu surga dan mempersilakan orang kaya dermawan untuk masuk surga lebih
awal, serta disusul ketiga golongan setelahnya,” kata Kepala Seksi Haji dan Umrah
Kementerian Agama Kota Surabaya tersebut.
Menurut Ustadz Farmadi, kisah ini
memberikan penjelasan bahwa peran orang kaya yang disertai dengan sifat
dermawan sangat dibutuhkan. “Banyak sarana dakwah dan kebaikan justru akan
tertunda bahkan gagal tanpa ditopang pembiayaan yang cukup,” ungkapnya.
Karenanya, memiliki para aghniya atau orang kaya namun juga diimbangi dengan kedermawanan tinggi sebagai penunjang suksesnya dakwah Islam. “Merekalah yang layak memperoleh surga terbaik, bahkan mendapat prioritas utama untuk masuk lebih awal,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)
Terpopuler
1
Penjelasan Nuzulul Qur’an Diperingati 17 Ramadhan, Tepat pada Lailatul Qadar?
2
Khutbah Jumat: Ramadhan Momentum Lestarikan Lingkungan
3
Hukum Jamaah dengan Imam yang Tidak Fashih Bacaan Fatihahnya
4
Kisah Unik Dakwah Gus Mus di Pusat Bramacorah hingga Kawasan Lokalisasi
5
Jangan Keliru, Ini Perbedaan Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar
6
194.744 Calon Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji, Masih Ada Sisa Kuota Haji 2024
Terkini
Lihat Semua