Daerah

Siap Buka Pembelajaran Tatap Muka, Buntet Pesantren Tunggu Keputusan Pemerintah

Kam, 15 Oktober 2020 | 23:30 WIB

Siap Buka Pembelajaran Tatap Muka, Buntet Pesantren Tunggu Keputusan Pemerintah

Buntet Pesantren Cirebon. (Foto: dok. Buntet Pesantren)

Jakarta, NU Online

Pondok Buntet Pesantren Cirebon siap membuka pembelajaran tatap muka pada sekolah formal dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

 

Hal tersebut disampaikan KH Fahad A Sadat selaku Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren kepada NU Online pada Kamis (15/10) malam.


Meskipun demikian, Kiai Fahad menegaskan bahwa Pondok Buntet Pesantren tetap mengikuti pemerintah, dalam arti tidak akan melakukan pembelajaran tatap muka tanpa seizin pihak pemerintah.


“Kita ikuti apa yang pemerintah sarankan. Kalau memang belum bisa tatap muka ya nggak papa. Mau gimana lagi,” ujarnya.


Kiai Fahad menjelaskan bahwa sebetulnya sejak September lalu, pihak pesantren telah berkoordinasi dengan seluruh sekolah di Buntet Pesantren untuk bersiap membuka pembelajaran tatap muka mengingat kondisi Kecamatan Astanajapura yang sudah hijau.

 

Namun, mengingat belum ada izin dari pemerintah, pihaknya mengikuti aturan tersebut. Ia berharap bulan depan sudah dapat dilakukan pembelajaran secara luring.


“Harapannya bulan November bisa tatap muka,” kata doktor manajemen pendidikan Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung, Jawa Barat itu.


Kesiapan Madrasah di Buntet


Kiai Fahad menjelaskan bahwa kesiapan madrasah-madrasah di lingkungan Pondok Buntet Pesantren dalam melakukan pembelajaran tatap muka sudah sepenuhnya 100 persen. Pasalnya, persiapan sudah dilakukan lebih dari sebulan lalu, mulai dari perangkat protokol, seperti sanitasi dan tempat cuci tangan, hingga face shield.


“Karena tadinya ada rencana September tatap muka, semua sekolah sudah menyiapkan semuanya, baik cuci tangan, face shield, thermo gun, dan sebagainya sudah disiapkan,” kata kiai yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren.


Perihal pembatasan jumlah siswa pun sudah dipersiapkan mekanisme pengaturannya. Satu kelas hanya boleh diisi 50 persen dari total jumlah siswa juga sudah dipersiapkan matang-matang.

 

Misalnya, siswa keals X Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Putra yang berjumlah tujuh kelas akan dibuat menjadi 14 kelas. Di kelas, posisi duduk mereka akan berjarak sesuai protokol.


Di samping itu, mekanisme hari atau jam masuknya juga sudah siap diatur sedemikian rupa. Hal ini agar tidak terjadi penumpukan siswa di hari atau jam tertentu sehingga dalam satu pekan, siswa hanya masuk satu sampai dua kali ke sekolah.


“Sudah matang, sudah kita bikin protokol yang meminimalisir mungkin. Insyaallah sangat siap. Semua sekolah sudah melaporkan sangat siap. Sampai bangku sudah diatur secara jaraknya,” pungkasnya.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad