Setiap Kamis Sore, Aktivis Ansor Ini Kenalkan Tahlil kepada Santri TPQ
NU Online · Jumat, 23 Februari 2018 | 03:45 WIB
Bondowoso, NU Online
Mengenalkan tradisi NU hendaknya dimulai kepada mereka yang masih belia. Hal tersebut penting agar saat dewasa, mereka bisa menjadi generasi yang mempertahankan tradisi dan menjaga kearifan lokal. Termasuk budaya tahlilan yang telah menjadi ciri khas mayoritas kaum Muslimin di Tanah Air.
Hal tersebut sebagaimana dilakukan Ustadz Abdul Bari (35) yang mengenalkan tahlil kepada para santri di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) mushalla Baitul Amin. Aktivitas tersebut dilakukan setiap Kamis sore. Sedangkan setiap hari, puluhan santri diajari mengaji dan baca tulis Al-Qur'an di mushalla yang berada di Jalan KH. Ali Kelurahan Sekarputih RT 7 RW 3 Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso Jawa Timur tersebut.
Para santri yang terdiri dari siswa-siswi dari kalangan tingkat sekolah dasar dan menengah pertama itu mengaji setiap hari seusai Ashar di mushalla sederhana tersebut. Ustadz Abdul Bari yang juga aktif sebagai Ketua Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda (PAC GP) Ansor Kecamatan Tegalampel mengemukakan sangat penting mengenalkan tahlil kepada mereka yang masih belia. “Untuk tahlil bersama dilakukan setiap Kamis sore," katanya kepada NU Online, Kamis (22/2).
Menurutnya, tahlilan sebagai upaya menanamkan kepada para santri bahwa semua akan mati dan kembali kepada Allah SWT. “Saya sampaikan bahwa para leluhur pada Kamis malam pulang ke rumah untuk meminta doa kapada sanak saudara atau keturunannya,” jelasnya. Selain itu, dirinya menyampaikan bahwa tahlil akan lebih menanamkan nilai keNUan sejak dini, lanjutnya.
Karena menurut Ustadz Bari yang keseharian juga sebagai guru honorer di sekolah swasta, tahlil mengajari pentingnya kebersamaan. “Juga sebagai sarana mempererat persaudaraan dan persahabatan di antara mereka,” tandasnya.
Dirinya berharap agar para santri kelak menjadi anak saleh. “Anak yang menjadi penyejuk dan selalu mendoakan orang tua, guru dan para saudara,” katanya. Sehingga amal tersebut menjadi perantara atau wasilah untuk lebih dekat kepada Allah SWT dan rasul-Nya.
Kegiatan semakin khidmat dan meriah karena di akhir tahlilan, diadakan makan bersama layaknya di pesantren dengan beralaskan daun pisang untuk tempat nasi dan lauk yang telah disediakan. (Ade Nurwahyudi/Ibnu Nawawi)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
3
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
4
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua