Daerah

Seperti Sayyidina, Muludan Itu Bid’ah

Sel, 13 Desember 2016 | 13:03 WIB

Sumedang, NU Online
KH Sa'dulloh mengatakan, jika kita ingin bahagia dunia dan akhirat, yang pertama harus dilakukan adalah beriman kepada Allah dan rasulnya. Kedua, memuliakan Nabi, dan ketiga, menolong apa yang diperjuangkan Nabi Muhammad SAW.

“Betul, peringatan maulid Nabi itu bid'ah, tapi bid'ah yang hasanah,” ungkapnya pada peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah Sukamantri Tanjungkerta Sumedang pada Ahad (11/12).

Seperti halnya kata "sayyidina" yang disandangkan pada nama Nabi Muhammad SAW itu tidak dipakai pada zaman Nabi hidup. Nabi tidak memerintahkan, tetapi sebagai umatnya punya kewajiban untuk mengagungkannya melalui penyebutan sayyidina dan peringatan maulid ini.

Ketua PCNU Sumedang ini juga berharap agar semua santri tidak hanya membaca Barzanji saja.

"Kitab barzanji itu jangan sekadar dibaca saja, tapi pelajarilah isinya. Maka kalian akan tahu sejarah Nabi Muhammad SAW yang sangat luar biasa. Istiqomahkan pula membacanya ketika kalian sudah dimasyarakat". harapnya.

Guyuran hujan sejak siang hingga menjelang isya, tidak menyurutkan semangat 650 santri  Al-Hikamussalafiyyah untuk mengikuti kegiatan peringatan maulid tersebut.

Acara dimulai setelah isya, diawali dengan shalawatan oleh grup hadroh Al-Hikam, pembacaan kitab Al-Barzanji oleh pengurus pesantren, dzikir Risalah Hadyu dipimpin oleh Majelis Nurul Burhan, pelantikan pengurus pesantren, tausyiah, dan diakhiri dengan doa serta ramah tamah.

Turut hadir pada kesempatan itu K. Munawar, K. Kadris, KH Kamal Syairoz (pengurus Jam'iyah Thoriqoh Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyyah Sumedang), Uat Wahyudin (Sekretaris JQHNU Sumedang), Hamidah (Bendahara JQHNU Sumedang), Ayi Abdul Kohar (Ketua LTNNU Sumedang), Saefudin Aziz MS (Ketua LESBUMI NU Sumedang), Ai Faridah (ketua LPNU Sumedang), Syarif Hidayatulloh (Sekretaris RMI NU Sumedang), serta Jama'ah Majelis Nurul Burhan. (Ayyip/Abdullah Alawi)