Daerah

Selama Pembelajaran melalui Daring, Alumni Pesantren Ini Sediakan Wifi Gratis

Ahad, 26 Juli 2020 | 15:30 WIB

Selama Pembelajaran melalui Daring, Alumni Pesantren Ini Sediakan Wifi Gratis

Dua siswi Sekolah Dasar (SD) tampak mengerjakan tugasnya di warung milik Rudi. (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online
Terbiasa dengan ajaran di pesantren yang peduli anak-anak, Rudi Negara, alumni Pondok Pesantren Darul Ulum Kabupaten Jombang, Jawa Timur menyediakan wifi dan bimbingan belajar gratis untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga Madrasah Aliyah (MA) di Jombang. 


Saat di pesantren dulu, Rudi dipercaya menjadi pengurus santri-santri juniornya. Apalagi Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang ditetapkan sebagai project pilot pesantren ramah anak tingkat Provinsi Jawa Timur oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.


Menurutnya pria yang tinggal di Sumobito, Kecamatan Sumobito, Jombang ini sedih melihat banyak siswa-siswi yang kesulitan mendapat kuota internet dalam belajar dalam jaringan (daring). 


"Banyak tetangga yang berkeluh kesah sudah habis puluhan ribu rupiah untuk beli paket internet. Saya minta warga datang ke warung saya, Warkop Anteng di belakang Alfamart Sumobito. Ada internet gratis, bisa buat belajar online," katanya, Sabtu (25/7). 


Alumni Universitas Pesantren Darul Ulum Peterongan ini menambahkan, selain masalah kuota, orang tua juga dengan sendirinya harus memiliki handphone baru yang bisa mengakses internet.


Padahal dalam seminggu saja para orang tua harus menyediakan kuota internet sekurangnya 10 GB, dan harga mulai dari Rp40.000. Sebab belajar daring dilakukan via aplikasi yang otomatis menguras kouta internet cukup banyak.


"Saya tidak bisa bantu banyak, untuk konsumsi nanti saya sediakan air putih. Kalau ada rezeki banyak tak sediakan makanan ringan untuk menambah semangat belajar. Terpenting masih punya niatan untuk belajar," imbuh Rudi.


Pria yang juga berprofesi sebagai seorang guru ini mengaku disambati oleh wali murid cukup banyak masalah kuota internet. Alhasil, dari total 30 siswa per kelas kadang tak sampai separuh yang hadir dalam belajar online.


"Ada banyak siswa tidak hadir saat belajar daring, karena orang tua tak mampu beli paketan internet," tegasnya.


Rudi menambahkan, ide ini ia pilih karena teringat pesan dari gurunya saat di pesantren dulu agar menyayangi anak kecil. Jangan marah-marah pada anak kecil, karena mereka pintar merekam lingkungan sekitar. Ini efek bahaya bila anak kecil dikerasin.


Oleh karena itu, Rudi juga memberikan jasa bimbingan belajar gratis kepada siswa-siswi yang belajar di warkopnya. Terkhusus dalam mata pelajaran Bahasa Jawa, Agama, Penjaskes, dan Bahasa Indonesia. 


"Banyak orang tua pusing sama anaknya dan marah-marah masalah belajar online. Ini tidak baik kata guru saya," ujarnya.


Sementara itu, salah satu siswi bernama Intan mengaku senang ada fasilitas wifi gratis ini. Bahkan orang tuanya turut mengantar ke lokasi. Siswa kelas 5 Sekolah Dasar ini mengaku sangat terbantu sekali. Dalam sehari ia bisa berjam-jam di warkop milik Rudi.


"Tadi katanya bapaknya wajib pakai masker, kita bawa dari rumah. Alhamdulilah, orang tua senang dan saya juga tenang," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin