Daerah

Sejumlah Ulama Banten Diskusikan Konflik Timur Tengah

NU Online  ·  Senin, 11 Juni 2018 | 09:00 WIB

Serang, NU Online
Seolah tidak pernah berhenti pemberitaan peperangan di sejumlah negara Timur Tengah, menjadi perbincangan menarik para ulama di Provinsi Banten. Para ulama berdiskusi penyebab konflik itu terjadi. 

Kegiatan ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Alfhataniyah, Sempu Kota Serang, Ahad (10/6) malam. Sebagian peserta merupakan pimpinan pondok pesantren dan memberikan pendapatnya.

Sejumlah negara di Timur Tengah yang pernah tidak stabil akibat peperangan antara lain Irak, Iran, Syiria, Afganistan, Libya dan Palestina. Masalah tersebut menjadi perhatian serius para ulama. Sebab, jika tidak diantisipasi akan terjadi di Indonesia.
Prediksi itu sangat wajar karena jumlah Muslim di Indonesia adalah terbesar di dunia. Apalagi ternyata sudah banyak warga Indonesia yang terkontaminasi idelogi radikal.

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Serang, KH Matin Syarkowi, mengatakan diantara penyebab hancurnya beberapa negara di Timur Tengah adalah adu domba yang dilakukan kelompok yang ingin syariat Islam dijalankan. Menurutnya, beragam strategi dilakukan, agar semua warga negara di Timur Tengah menganut paham yang sama dengan kelompok penjajah.

"Awalnya Irak tenang, kemudian ada kelompok adu domba. Sehingga terjadilah perang antara Irak dan Iran,” katanya. Iran saat itu mendapat dukungan Uni Soviet, sementara Irak bertahan dengan komitmennya. Peperangan itu setelah diteliti adalah pertarungan soal Syiah dan Wahabi, yang sekarang disebut ISIS, lanjutnya.

KH Matin Syarkowi mengatakan, mulanya peperangan itu diawali dengan terus menggiring opini yang memecah belah masyarakat. Hasil penelitian, pelaku utama adu domba tersebut adalah Wahabi. 

“Namun, inti dari kelompok kelompok yang merusak stabilitas negara itu adalah mereka yang meneriakan khilafah sebagai sistem negara.  Termasuk Ikhwanul Muslimin di Syiria,” ungkapnya.

Di Indonesia, ujar Kiai Matin, juga ada kelompok kelompok tersebut, bahkan mereka sudah menjelma menjadi partai politik.
Mereka ingin merebut kekuasaan, agar dapat mengendalikan semua sistem negara, berdasarkan ideloginya.

“Makannya jangan sampai mereka menjadi DPR, menteri. Kita ini kan ingin semuanya tenang, ngaji tenang, usaha tenaang. Tidak ada keributan apalagi peperangan," ujarnya.

Pancasila, kata KH Matin Syarkowi adalah ijtihad ulama yang harus diikuti umat islam di Indonesia. Jika taklid menjadi rujukan masyarakat dalam beragama maka Pancasila sudah final.

"Saya bingung dengan kelompok radikal yang teriak takbir, tapi takbir untuk membunuh yang tidak berdosa,” sergahnya. 
Bahkan di Indonesia ada bela ulama dan bela agama. “Lah bela ulama itu ya ikuti ijtihad ulama. Sedangkan bela agama itu ya ngaji, fokus belajar agama,” urainya.

Sementara itu, KH Hambali menegaskan situasi politik di Indonesia sudah masuk tataran peperangan akidah. 

Menurut Rais PCNU Kota Serang ini, jika situasi negara ingin aman dan kondusif semua harus bergandengan tangan. “Yakni dengan menjaga Ahlussunnah wal Jamah dan Pancasila sebagai pedoman hidup umat beragama,” tandasnya. (Rahman/Ibnu Nawawi)