Daerah

Seimbangkan Kecerdasan Intelektual dan Akhlak Anak

NU Online  ·  Ahad, 23 Juli 2017 | 04:02 WIB

Probolinggo, NU Online
Seorang guru harus bisa berupaya bagaimana akhlak anak didiknya ini seimbang antara kecerdasan intelektual dan akhlaknya. Guru harus mampu merubah gaya hidup saat ini dan melakukan introspeksi diri.

Hal ini disampaikan Mustasyar PCNU Kabupaten Probolinggo H Hasan Aminuddin dalam kegiatan halal bihalal guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Dasar (SD) se-Kabupaten Probolinggo di Gedung Islamic Center (GIC) Kota Kraksaan, Sabtu (22/7).

“Anak hari ini tidak butuh banyak retorika tapi butuh pelajaran dakwah bil hal dan uswah dari guru itu sendiri. karena itu dalam mendidik, akhlak dulu baru kecerdasan intelektualnya. Pasalnya kecerdasan intelektual anak hari ini melebihi dari akhlaknya. Kalau seorang guru tidak membawa uswah maka tidak akan berhasil,” katanya.

Menurut Hasan, pembelajaran praktik bil hal itu lebih penting. Seimbangkan antara praktik dan teori yang diajarkan. Seperti tatacara melakukan wudhu pada anak. “Banyak hal yang sepele tapi hakikatnya sah dan tidaknya shalat dari wudhu. Mari kita awali hari ini dari guru agama,” tegasnya.

Ia menegaskan bahwa di dalam hati para guru harus ada getaran untuk mampu mengubah mindset proses belajar mengajar di sekolah. Kalau tidak ada getaran dalam hati, maka nantinya akan tinggal sebuah nama. Tetapi karena akalnya bergerak, maka mindset itu bisa diubah.

“Marilah membuka lembaran baru, bagaimana guru PAI SD ini dalam proses belajar mengajar output-nya akhlaqul karimah. Harus sepakat supaya ada makna bersama-sama akan jumpa di surga Allah,” ungkapnya.

Hal ini penting, jelas Hasan, mengingat bangsa Indonesia mayoritas beragama Islam. Di mana jika ingin belajar akhlak maka belajarlah kepada ulama Indonesia. Kebanggaan ini adalah tugas guru dan semua tokoh yang ada di Kabupaten Probolinggo sehingga etos kerja sebagai ibadah menjadikan tekad.

“Karena sudah menjadi pilihan, maka sisa hidup kalau tidak utk menanam kebajikan di profesinya mau ditanam di mana. Perjalanan anak-anak kita saat ini tidak lebih baik dari kita dahulu. Contohnya, setiap kemungkaran pelakunya bukan usia produktif tapi usia antara 20-30 tahun. Tentunya hal ini sudah mencoreng nama orang tua tidak baik dan menjadi contoh tidak baik bagi anak-anaknya,” pungkasnya.

Halal bihalal ini dihadiri oleh Bupati Probolinggo Hj Puput Tantriana Sari, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Probolinggo H Santoso serta sejumlah pengurus PCNU Probolinggo dan Kota Kraksaan. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)