Banyuwangi, NU Online
Jika seseorang melakukan sholat fardhu karena Allah dan manusia, maka sholat seseorang tersebut tidak diterima, karena adanya sekutu dalam amal tersebut. Keterangan pembuka itu disampaikan oleh Ketua Majelis Alumni Pondok Pesantren Al-Anwari, Syakur Isnaini dihadapan puluhan alumni yang hadir.
Kang Syakur menyampaikan keterangan yang diambil dalam kitab hadits Arbain Nawawi, pada kesempatan pertemuan rutin yang digagas oleh alumni pondok pesantren Al-Anwari, Kertosari, Banyuwangi tiap satu bulan. Bulan ini pelaksanaan di kediaman Nanang Sugiono di Jalan Denpasar No 4, Klatakan, Kalipuro, Banyuwangi, Kamis, (8/12) malam.
Contoh orang yang sengaja melaksanakan sholat dhuhur yang Allah wajibkan kepadanya. Akan tetapi dia melakukan dengan cara memperlambat gerakan rukun-rukun sholat, sunnah-sunnah hai'at sholat, serta membaguskan bacaan-bacaan sholat atas dasar manusia.
Ketahuilah pada asalnya sholat seseorang tersebut diterima. Adapun terkait perlambatan di setiap rukun, sunnah, serta pembagusan bacaan karena manusia, maka hal itu tidak dapat diterima karena atas dasar adanya manusia.
"Dikisahkan suatu ketika Syekh 'Izuddin bin Abdis Salam ditanya terkait persoalan seseorang melakukan sholat dengan memanjangkan sholatnya atas dasar manusia. Dijawab oleh Syekh 'Izuddin: saya berharap semoga amalan seseorang tersebut tidak sia-sia. Karena seluruh amalannya bersekutu selain kepada-Nya," kisah Syakur yang juga menjadi salah satu pengajar di pesantren hingga saat ini.
Dalam kesempatan ini juga diimbuhkan sholat ghaib di awal-awal acara sesuai urutan dimulainya pembacaan rotibul haddad dan tahlil sebelum kajian di mulai.
Syamsul Arifin mengatakan, kami lakukan sholat ghaib, pembacaan rotibul haddad, dan tahlil sebagai wujud rasa belasungkawa dan keprihatinan yang mendalam atas terjadinya bencana gempa bumi di Pidie Jaya, Aceh.
"Dibalik kita sebagai warga nahdliyin untuk menjalankan instruksi dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), juga kami sangat berduka atas bencana gempa tersebut. Karenanya kami menggelar shalat ghaib, pembacaan rotibul haddad, dan pembacaan tahlil yang ditujukan untuk mereka yang menjadi korban dan juga keluarga yang ditinggalkan agar diberi kesabaran," ungkap alumni asal Lebak, Banyuwangi itu.
Ia berharap atas nama keluarga besar alumni pesantren Al-Anwari, semoga musibah ini tidak terjadi kembali, serta bagi saudara yang disana selalu diberikan ketabahan. Karena musibah ini merenggut 8.000 orang luka-luka dan 103 jiwa telah melayang. (M. Sholeh Kurniawan/Fathoni)