Santri Pesantren Annajyiah Bahrul Ulum Belajar Jurnalistik
NU Online Ā· Kamis, 22 November 2012 | 01:53 WIB
Jombang, NU Online
āPak, kalau sudah bisa nulis berita apakah harus jadi wartawan media? celetuk santri perempuan pesantren Annajiah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang saat mengikuti diklat jurnalistik santri beberapa waktu lalu.<>
Kegiatan diklat jurnalistik dikalangan santri pesantren Bahrul Ulum Tambakberas bukan hal baru, hampir setiap tahun dilakukan. Baik untuk kalangan santri maupun pelajar di lingkungan madrasah yang ada di pesantren KH Wahab Hasbullah ini.
āSetiap tahun santriwati memiliki agenda kegiatan pelatihan, termasuk jurnalistik seperti ini,ā ujar Dewi Widya Sari ketua pelaksana kegiatan yang juga santri senior di Annajiah ini menceritakan.
Diklat jurnalistik tahun ini dikatakannya diperuntukkkan bagi santri kelas 1 dan II setingkat Madrasah Aliah. āMereka diharapkan bias mengisi dan mengelola majalah yang dimiliki pesantren. Karena sekarang majalah yang pernah diterbitkan sekarang rencananya akan kembali diterbitkan lagi,ā tandasnya, majalah pesantren Annajiah bahrul Ulum diterbitkan bersama mahasiswa Stikes dan pelajar SMK dibawah naungan Annajiah.
Pesantren Bahrul Ulum juga pernah memiliki Majalah dengan nama Kaābah, yang terbit setiap satu tahun sekali. Sedangkan beberapa unit lembaga pendidikan juga memiliki Majalah tersendiri, Seperti Madrasah Muāalimin Muāalimat Atas (MMA) enam tahun menerbitkan majalah atau bulletin tahunan dengan Kharisma, begitu juga dengan MAN juga menerbitkan Majalah tahunan. Bahkan kedua lembaga ini kini juga memiliki web site www.mualliminenamtahun.net dan www.mantambakberas.com.
Sementara itu, NU Online yang diminta memberikan materi Jurnalistik Dasar untuk menulis karya jurnalistik seseorang tidak harus menjadi wartawan. Karena karya jurnalistik bisa dipublikasikan diberbagai media.Ā
āDan banyak orang bisa dengan mudah membuat beritanya sendiri lalu menyebarluaskannya di berbagai jejaring sosial dunia maya. Entah lewat blog atau di berbagai situs jejaring sosial seperti Facebook atau Youtube,ā beber Ramadlan mengatakan.
Untuk publikasi, lanjutnya sesorang tidak perlu menunggu waktu lama agar tulisannya bisa dimuat dalam media cetak arus utama, saat ini, seseorang sudah bisa memublikasikan tulisannya secara independen. Semangat kemandirian yang difasilitasi dengan sangat baik oleh jaringan internet.
Jika tulisan-tulisan itu cukup kuat, maka peran pembentukan opini pun dapat pula direngkuhnya. Media jenis ini disebut sebagai ānew media.ā Kemudian melahirkan pula apa yang dikenal saat ini dengan konsep ācitizen journalismā atau pewarta warga yang biasa dikirim seorang pada media media cetak maupun online.
"Dan banyak media menyediakan kolom untuk karya seperti ini," tandasnya.Ā
Dikatakannya, media kini terbagi menjadi beberpa macam, meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).ā Seperti NU Online, dan yang lainnya,ā pungkasnya.
Redaktur: Mukafi Niam
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua