Demak, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Badriyyah Suburan Mranggen Demak, Jawa Tengah KH Muhibbin Muhsin, al-Hafidz mengatakan, bagi seorang santri, ridho guru adalah hal yang paling utama. Setelah itu baru ridho orang tua. Jangan menyepelekan petuah-petuah guru, karena pembalasannya tidak hanya di dunia.
Ungkapan ini Kiai Muhibbin sampaikan saat memimpin santri putra dan putri Pesantren Al Badriyyah Mranggen berziarah ke makam para Wali dengan didampingi istrinya, Nyai Hj Nadhiroh, al-Hafidzoh, Ahad (29/4).
Ziarah atau wisata religi selama 2 hari ini diikuti santri kelas akhir kurang lebih 250-an santri meliputi makam Sunan Kalijaga (R. Said), Sunan Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ibrahim Assamarqondi, Sunan Drajat, Sunan Ampel dan Syaikona Kholil Bangkalan.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa menghormati guru berarti juga menghormati masa depan. “Dengan keridhoan guru, kehidupan yang lebih baik dari-Nya akan nyata terwujud,” jelasnya.
Ziarah ini merupakan kegiatan rutin tahunan memanfaatkan libur panjang setelah para santri menghadapi berbagai ujian akhir di madrasah maupun pesantren.
Disamping untuk menjemput berkah para Wali juga menyambungkan ruhani dengan berziarah ke maqbarah para masyayikh dan auliya’.
“Hadir mendoakan langsung di maqbarah akan menjadi nilai sendiri bagi santri. Hal ini penting untuk menyambungkan ruhani santri dengan para pejuang penyebar Agama Islam,” jelas Kiai yang biasa dipanggil Abah Bin ini.
Adik ipar KH Muslih Mranggen ini juga berpesan pada santri untuk memiliki nilai kebaikan dimana saja bertempat tinggal. Nilai manfaat harus ditanamkan sejak masih santri hingga nanti terjun ke masyarakat. Beliau berharap ilmu yang didapatkan para santri bermanfaat bagi umat.
“Dengan berwashilah ini semoga bisa memberi kemanfaatan ilmu dengan membantu melanjutkan perjuangan para ulama,” harapnya. (Ben Zabidy/Fathoni)