Daerah

Santri Perlu Mengisi Literasi Digital untuk Sebarkan Islam Ramah

Sel, 21 September 2021 | 00:00 WIB

Santri Perlu Mengisi Literasi Digital untuk Sebarkan Islam Ramah

Ilustrasi: Santri memiliki pemahaman keagamaan yang toleran maka harus hadir dalam mengisi ruang digital.

Yogyakarta, NU Online

Guna mendukung program literasi digital di kalangan santri, Pesantren Development bersama Arus Informasi Santri Nusantara (AISNU) menggelar webinar di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta pada Ahad (19/9/2021). Webinar  ini diselenggarakan secara hybrid dengan memadukan pertemuan tatap muka dan daring.

 
Webinar dengan tema Santri Makin Cakap Digital ini menghadirkan Dosen Komunikasi Digital Universitas Trunojoyo, Ahmad Cholil; konten kreator Gus Zainudin, pegiat media Kalis Mardiasih. 


Aminudin Ma'ruf, staff khusus Presiden mengatakan santri memiliki pemahaman keagamaan yang toleran maka harus hadir dalam mengisi ruang digital. "Oleh karena itu program ini menjadi penting supaya santri dapat meningkatkan kapasitas literasi digital meliputi digital skill, digital culture, digital ethic, dan digital safety," kata Aminudin Ma'ruf.


Sementara itu Ahmad Cholil menyampaikan materi tentang digital culture dan nasionalisme. Menurutnya teknologi telah mengubah pola interaksi, perilaku, pemikiran,  dan komunikasi dalam masyarakat. Kebiasaan baru tersebut harus tetap berada dalam konteks keindonesiaan sesuai nilai dan norma yang berlaku. 


Adapun Gus Zainudin, biasa disapa Zedienz, menyampaikan pentingnya memanfaatkan ruang digital untuk aktivitas dakwah. Mengisi ruang digital dengan konten-konten kepesantrenan dapat menangkal narasi-narasi radikal yang kini semakin banyak beredar di media digital.  

 

Selain itu, ilmu yang didapat di pesantren tidak hanya berhenti pada diri sendiri namun bisa dikonsumsi oleh masyarakat luas. 

 

"Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai modal untuk membuat konten digital berbasis kepesantrenan. Hal ini menarik dan tentu sangat bermanfaat mengingat tidak semua orang memiliki kesempatan untuk belajar di pesantren," tutur Zedienz. 

 

Berbeda dengan dua narasumber tersebut yang menyampaikan peluang dunia digital, Kalis Mardiasih membeberkan ancaman yang mungkin terjadi dalam ranah digital. Dia menyoroti kasus pelecehan berbasis gender yang sering terjadi di media sosial. 


Menurutnya, setiap konten baik tulisan, foto, atau video yang diunggah ke media sosial memiliki nilai risiko tinggi karena dapat diedit oleh pihak yang tidak bertanggungjawab untuk keperluan pribadinya. Oleh karena itu penting untuk memerhatikan etika digital serta tidak mudah membagikan privasi diri ke media sosial. 

 

"Jejak digital yang telah terekam di media sosial itu sulit dihilangkan meski sudah dihapus oleh pemiliknya. Setiap konten yang telah diunggah dapat menyebar dengan cepat dan luas maka jangan terlalu mudah memberikan privasi diri kepada orang lain di media sosial, apalagi kepada orang yang baru saja dikenal," kata Kalis. 

 

Kontributor: Joko Susanto
Editor: Kendi Setiawan