Daerah

Saling Menghormati Perbedaan, Itulah Orang NU

NU Online  ·  Kamis, 22 Mei 2014 | 11:10 WIB

Boyolali, NU Online
Suatu ketika, Imam Syafi’i berziarah ke makam Imam Hanafi. Selama 41 hari di tempat tersebut, ia shalat Shubuh dengan tidak membaca doa Qunut. Hal itu dilakukan untuk menghormati sang guru yang tidak berqunut pada shalat Shubuh.
<>
“Ini hal yang patut kita tiru sebagai orang NU. Diantara akhlak orang NU, ialah  mesti saling menghormati perbedaan yang ada.”

Demikian dikatakan Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Boyolali, KH Ahmad Charir, saat menjadi narasumber pada bedah buku Mengapa Harus NU?, di Kecamatan Musuk Boyolali, Ahad (18/5) lalu.

Menurutnya, perbedaan yang ada semestinya tidak menimbulkan kebencian, tetapi sebaliknya dapat melahirkan rahmat dan rasa saling menghargai.

Pada kegiatan yang diadakan di Kantor Majelis Wakil Cabang (MWC) Musuk ini, juga dibahas berbagai persoalan ke-NU-an, seperti masalah aqidah, mazhab, dan lainnya.

KH Ahmad Charir menerangkan kegiatan bedah buku ini sekaligus menjadi sarana turba (turun ke baah) PCNU Boyolali ke tiap MWC. “Dari kegiatan ini, kami ingin mempersiapkan pengurus dari segi ideologi, agar mereka semakin mantap dan kuat berjuang bersama NU,” tegasnya. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)