Daerah

Ribuan Santri Lirboyo Urus Surat Pindah untuk Dapat Hak Pilih

NU Online  ·  Rabu, 5 September 2007 | 03:45 WIB

Kediri, NU Online
Ribuan santri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur pulang ke kampung halamannya masing-masing untuk segera mengurus surat pindah agar mendapatkan hak pilih dalam Pilkada Kota Kediri pertengahan tahun 2008.

"Begitu diberitahu KPU (Komisi Pemilihan Umum), kami langsung memerintahkan para santri untuk mengurus surat pindah," kata pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Idris Marzuqi di Kediri, Rabu.

<>

Menurut dia, saat ini kebetulan musim libur santri. Bagi yang tidak mengikuti program mengaji kilatan selama bulan Ramadhan, para santri pulang ke kampung halamannya. Sedang yang mengikuti ngaji kilatan, pulang kampung beberapa hari menjelang Hari Raya Idul Fitri.

"Makanya kami harapkan begitu kembali ke pondok pada pertengahan bulan Syawal nanti, para santri sudah membawa surat pindah masing-masing agar bisa memperoleh hak pilih," kata Kiai Idris.    

Dia mengaku, sejauh ini Ponpes Lirboyo belum memberikan restu kepada seorang bakal calon yang maju untuk memperebutkan kursi Walikota dan Wakil Walikota Kediri periode 2008-2013.

Sementara itu sebelumnya, KPU Kota Kediri mengeluarkan data, dari sekitar 10.000 santri yang tinggal di Ponpes Lirboyo, tercatat sekitar 8.000 santri yang bakal kehilangan hak pilihnya.

"Oleh karena itu kami meminta agar mereka ini mengurus surat pindah sehingga nantinya memudahkan petugas kami dalam memberikan kartu pemilih," kata anggota KPU Kota Kediri, Taufik Al Amien.

Menurut dia, hal itu mengacu pada Undang-Undang nomor 22 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum  dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

"Selama tidak bisa menunjukkan KTP Kota Kediri atau surat pindah dari daerahnya masing-masing, para santri tidak bisa menggunakan hak pilihnya meskipun sudah menetap lebih dari enam tahun di Lirboyo," katanya.

Menanggapi hal itu, Koordinator Masyarakat Informasi Peran Serta, Zainal Arifin, berpendapat keberadaan suara santri Ponpes Lirboyo memang sangat strategis diperebutkan para calon.

"Komunitas santri itu berpotensi sebagai pendulang suara terbesar, oleh sebab itu sangat disayangkan kalau mereka terlewatkan," kata alumnus Filsafat UGM Jogjakarta itu.

Ia menambahkan, dukungan para santri sangat mudah diarahkan oleh pengasuh karena dalam tradisi ponpes, santri memiliki kepatutan dan ketaatan (sam’an wa tho’atan) terhadap para ulama selaku tokoh sentral di lingkungan pondok pesantren.

Oleh sebab itu Zainal Arifin tidaklah heran jika sampai sekarang para calon terus mendekati para ulama berpengaruh untuk mendapatkan restu dan dukungan di setiap ajang pertarungan politik. (ant/tob)