Daerah

Ribuan Madrasah di Jawa Tengah Rusak

NU Online  ·  Senin, 9 Agustus 2004 | 04:54 WIB

Jakarta, NU Online
Ribuan gedung madrasah di Jawa Tengah rusak berat. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar berlangsung di tempat darurat. Departemen Agama yang bertanggung jawab terhadap keberadaan madrasah tidak berdaya karena keterbatasan alokasi dana dari pemerintah. Madrasah yang gedungnya rusak tersebut sebagian besar didirikan oleh yayasan swasta.

"Gedung madrasah yang rusak berjumlah 5.017, terdiri dari 4.214 Madrasah Ibtidaiyah (MI), 708 gedung Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan 95 gedung Madrasah Aliyah (MA). Diantara yang rusak tersebut, ada 222 gedung yang sama sekali tidak bisa digunakan sehingga kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di gedung darurat," kata Kepala Kandepag, Chabib Thoha, Jumat (6/8).

<>

222 madrasah yang melangsungkan kegiatan belajar mengajar di tempat darurat masing-masing terdiri dari MI sebanyak 166, MTs 47 dan MA sejumlah 9. Sedangkan yang mengalami kerusakan sedang, proses belajar dilaksanakan di gedung semipermanen dan permanen. " Di Jawa Tengah ada sebanyak 33.482 madrasrah, dengan perincian 3.350 adalah madrasah negeri, selebihnya milik swasta. Gedung yang rusak 99 persen merupakan madrasah yang didirikan yayasan swasta," tambah Chabib.

Alokasi dana untuk rehabilitasi madrasah diakuinya sangat minim, apalagi apabila yang mengalami kerusakan adalah madrasah swasta. Meski demikian, Chabib berjanji untuk mengusahakan untuk mencari bantuan dari berbagai sumber pendaanaan seperti dari APBN, APBD Propinsi ataupun APBD Kabupaten/Kota. Ia juga akan melakukan koordinasi dengan Departemen Pendidikan Nasional untuk menempatkan rehabilitasi gedung madrasah sebagai prioritas, mengingat kondisinya darurat.

Dana yang dimiliki Depag, 90 persen lebih sudah dialokasikan untuk pendidikan tetapi kenyataannya tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Depag Jawa Tengah pada tahun 2004 ini memperoleh dana dari APBD sebesar Rp 96 miliar yang kemudian dialokasikan untuk sektor pendidikan mencapai Rp 94 miliar.

"Tapi dari jumlah itu, hanya 30 persen yang dialokasikan untuk pembangunan fisik. Kami memang lebih mengutamakan pembangunan sumber daya manusia, karena itu lebih diprioritaskan untuk tercapainya tujuan pendidikan saat ini. Semoga saja gedung madrasah yang rusah itu bisa diperbaiki pada tahun 2009 karena sesuai janji Presiden yang akan merealisasikan 20 persen dana APBD untuk pendidikan pada tahun 2009," kata harapnya.

Selain dihadapkan pada permasalahan prasana fisik, Departemen Agama juga mengalami ancaman kehilangan ribuan pegawainya. Tidak kurang dari 15. 000 pengawai negeri sipil (PNS) di Depag akan menerima pensiun pada tahun ini. Tetapi sejauh ini, Pemerintah belum menyediakan pengganti dalam jumlah yang memadai. "Padahal saat ini, jumlah SDM yang dimiliki Depag masih jauh dari mencukupi," tukas Chabib. (Ti/Cih)

Â