Daerah

Ratusan Santri di Sulang Ngaji Sejarah Islam di Era Majapahit

NU Online  ·  Senin, 14 September 2015 | 12:02 WIB

Rembang, NU Online
Sebanyak dua ratus santri putra-putri di kecamatan Sulang kabupaten Rembang menggelar kajian sejarah kerajaan Majapahit di serambi masjid Baiturrahman desa Sulang, Ahad (13/9) pagi. Pada forum ini, mereka menghadirkan Herman Sinung Jarutama dari Yogyakarta sebagai narasumber diskusi.
<>
Salah peserta kajian Fitri Amelia bercerita, kajian ini dimaksudkan untuk mengenalkan sejarah berdasarkan temuan yang sudah ada melalui kajian oleh para ahli kepada para generasi muda terutama di kalangan pesantren.

Ia menambahkan, selain kalangan akademisi, kalangan pesantren juga gemar mengaji sejarah.

"Kami senang dengan sejarah, itu penting buat kita terutama di kalangan pesantren. Bukan anak kuliahan saja yang bisa melakukan kajian ini. Tetapi pesantren juga sangat perlu tahu sejarah Nusantara.”

Berbeda dengan Ahmad Ahwan, santri asal pesantren Al-Barkah ini mengaku tertarik dengan tema yang menjadi kajian, "Bukti mengejutkan Majapahit Merupakan Kerajaan Islam". Ia menambahkan, tema ini  sangat bertolak belakang dengan sejarah yang pernah dia pelajari ketika duduk di bangku sekolah dasar.

"Tema itu sangat bertolak belakang dengan apa yang diajarkan di sekolah. Tapi berdasarkan apa yang dipaparkan dan sejumlah temuan hasil observasi fasilitator memang benar adanya. Dari mulai lambang kerajaan Majapahit terdiri dari delapan kata huruf arab, yaitu Allah, Muhammad, adam, ma'rifat, asma', sifat, dzat, dan juga tauhid.

Hampir semua santri yang hadir merasa terkaget-kaget dengan apa yang disampaikan oleh narasumber mengenai kajian, puluhan pertanyaan dilontarkan para santri untuk mendalami pemahaman dalam forum kajian ini.

Herman saat disapa NU Online mengajak generasi muda untuk terus mempelajari sejarah, dengan melakukan kajian ulang dengan bukti primer yang ada di sekitar kita.

Ia berpesan jangan terlalu percaya dengan kajian ilmuan luar negeri. Ia menyebut, banyak ilmuan luar negeri ingin mengukir sejarah tersendiri tanpa membawa Islam di dalam sejarah kerajaan yang ada di Indonesia. (Ahmad Asmu'i/Alhafiz K)