Daerah

Rangkul Semua Kalangan dengan Shalat Tarawih

NU Online  ·  Ahad, 14 Juli 2013 | 13:27 WIB

Yogyakarta, NU Online
Tatalaksana shalat tarawih di Laboratorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, tidak seperti tata laksana shalat tarawih di masjid kebanyakan. Pasalnya, di masjid ini mengakomodir masyarakat yang shalat tarawih dengan jumlah rakaat yang berbeda-beda.<>

Para jama’ah dapat shalat tarawih sebanyak 23 rakaat maupun 11 rakaat. Meski tetap mengakomodir semua golongan, namun ada yang beda dengan shalat tarawih bulan Ramadhan kali ini.

Pada tahun-tahun sebelumnya shalat tarawih diimami oleh dua orang imam, yaitu dengan cara shalat tarawih 11 rakaat terlebih dahulu, kemudian setelah selesai dilanjutkan hingga 23 rakaat oleh imam yang berbeda. Dan bagi para makmum yang akan shalat tarawih 23 rakaat, dapat melanjutkan shalatnya bersama imam yang kedua tersebut. 

Hal itu berbeda dengan tata laksana shalat tarawih pada Ramadhan kali ini. Shalat tarawih pada Ramadhan kali ini hanya diimami oleh satu imam saja dengan jumlah rakaat shalat sebanyak 23 rakaat. Sedangkan para makmum yang hanya shalat 11 rakaat dapat mendirikan shalat witir sendiri di bagian belakang setelah bersama-sama imam shalat tarawih sebanyak delapan rakaat. 

Menurut penuturan Zamhari kepada NU Online, tata laksana shalat tarawih yang baru itu diadopsi dari masjid Istiqlal, Jakarta. “Ini niru pemerintah. Pemerintah kan kiblatnya kan masjid Istiqlal,” ungkap Zamhari tadi sore (13/7).

Dia menuturkan, ide untuk mengganti tata laksana shalat tarawih itu berawal dari kunjungan imam masjid Istiqlal ke Laboratorium Agama dua minggu yang lalu. Para imam masjid masjid Istiqlal itu bercerita tentang tata laksana shalat tarawih di sana. 

“Salah satu cita-cita masjid UIN itu menjadi masjid yang inklusif. Bisa merangkul semua,” ujarnya menuturkan alasan pergantian tata laksana shalat tarawih ini. 


Redaktur    : A. Khoirul Anam 
Kontributor: Nur Hasanatul Hafshaniyah