Jember, NU Onilne
Perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Sebab, manusia memang diciptakan berbeda. Karena itu, Islam sangat menghargai adanya perbedaan asalkan perbedaan itu tidak menyangkut aqidah.
Hal tersebut disampaikan Rais 'Aam PBNU KH Ma'ruf Amin saat berceramah pada peresmian Masjid Roudhotul Muchlisin di Jember, Jawa Timur, Ahad (15/4) lalu.
Menurutnya, perbedaan memang tidak bisa diingkari, termasuk dalam satu agama. Tidak masalah, bahkan itu merupakan rahmat bagi umat Islam.
"Istilahnya, perbedaan ditoleransi. Penyimpangan diamputasi," tegasnya.
Perbedaan dan penyimpangan adalah dua hal berbeda. Kalau perbedaan, wilayahnya menyangkut hal-hal yang bersifat furu'iyah.
Dikatakannya, NU, Muhammadiyah dan MUI bisa bebeda dalam menyikapi suatu persoalan hukum yang terkait dengan masalah non-aqidah. Tapi jika sudah menyangkut aqidah, itu namanya penyimpangan sehingga tidak ada toleransi apa pun.
Menurutnya, selama ini di Indonesia terjadi banyak penyipangan aqidah, dan itu harus menjadi musuh bersama umat Islam. Ia mencontohkan aliran yang dibawa Ahmad Mushaddiq dan Lia Aminuddin, yang mengaku pernah ketemu dan mendapat wahyu dari malaikat Jibril.
Kiai Ma'ruf mengaku pernah mendatangi Lia Aminuddin dan bertanya bukti soal petemuannya dengan malaikat Jibril.
"Dia jawab, Ini buktinya. Jadi hanya berupa tulisan yang berbentuk puisi," lanjutnya.
Penyimpangan yang lain, misalnya munculnya pemikiran-pemikiran liberal, sekularisme dan tekstualisme. Hingga muncul pemikiran untuk mengamandemin ayat-ayat Al-Qur’an, karena dinilai sudah tidak sesuai dengan zaman.
"Bahkan belakangan juga muncul kelompok yang konon bisa memproduksi uang secara besar melalui kesaktiannya. Itu 'kan sudah penyimpangan," jelasnya. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)