Daerah

Radlatul Athfal Ini Ajarkan Anak-anak Wirausaha

NU Online  ·  Ahad, 8 Juni 2014 | 18:01 WIB

Temanggung, NU Online
“Saya mau buka usaha distro,” kata Fatika Hilda Aqila Choruna, salah seorang siswa RA Masyithoh, yang tengah asyik bermain bersama seorang badut di tengah pesta perpisahan siswa di halaman Gedung Juang Temanggung, Jawa Tengah, Ahad (8/6) pagi.
<>
Jawaban ini cukup mengejutkan, lantaran biasanya anak-anak TK lebih banyak bercita-cita menjadi polisi, tentara atau dokter. Dan uniknya, jawaban menjadi pengusaha seperti itu juga hampir sama ditemukan oleh seluruh siswa. Hanya beberapa gelintir siswa yang mengatakan bercita-cita lain.

Inilah perbedaan TK Masyithoh yang terletak di Kelurahan Butuh, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, dari sebagian besar TK yang ada di Indonesia. Pengelola TK pertama di kabupaten penghasil tembakau ini menanamkan secara khusus jiwa-jiwa kewirausahaan kepada seluruh peserta didiknya. Sangat wajar pada akhirnya anak-anak didik mereka lebih memilih bercita-cita menjadi pengusaha dibanding menjalani pekerjaan lainnya di masa mendatang.

“Ini memang usia emas. Pada usia ini kita kenalkan kepada mereka tentang entrepreneur sehingga kelak mereka mengikuti langkah menjadi pengusaha. Tentu karena mereka masih TK, mereka belum dikenalkan teknis usaha, melainkan lebih pada kunjungan dan wacana-wacana kewirausahaan,” kata Kepala RA Masyithoh Butuh, Anisah Rahmanti.

Dalam pelajaran keseharian, selain mengajarkan calistung (baca, tulis dan berhitung), para siswa dikenalkan tentang bidang usaha dan bagaimana prospek menjadi pengusaha. Biasanya, pelajaran kewirausahaan ini disisipkan dalam tema-tema pelajaran yang sedang dibahas.

“Lalu setelah tema itu selesai kita outing class ke perusahan-perusahaan yang ada. Para pengusaha kita minta untuk memaparkan kepada anak-anak tentang bentuk usahanya serta suka dukanya menjadi pengusaha,” terangnya.

Setelah mendapatkan pengetahuan dari pengusaha. Lalu para siswa diajak berdiskusi tentang hasil kunjungannya ke perusahaan-perusahaan tersebut. Tentu pendapatnya sangat beragam, ada yang hanya paham tentang bentuk usahanya, ada yang paham tentang kekhasan usahanya, serta ada yang memahami alur cerita pendirian usaha.

“Kami melihat bahwa menjadi entreprenur adalah prospek besar ke depannya. Untuk itu, pada usia emas harus dikenalkan dengan baik sehingga pada usia remaja dan dewasa tinggal mengembangkan apa yang mereka pahami itu. Karena tidak semua orang bisa menjadi dokter, polisi atau tentara seperti kebanyakan cita-cita anak-anak, tetapi semua orang bisa menjadi entrepreneur meskipun sebagai polisi, dokter ataupun tentara,” papar Anis.

Dunia perbankan juga diperkenalkan bagi anak-anak. Perbankan adalah dunia usaha yang menjadi salah satu lembaga penyedia modal bagi perusahaan. Untuk itu, anak-anak didik diarahkan untuk mengetahui tentang perbankan berikut layanan. “Kami ajarkan juga tentang kesadaran menabung,” tambahnya.

Berlabel agama, tentu RA Masyithoh tidak melepaskan pendidikan keagamaan bagi anak didiknya. Pelajaran agama menjadi pelajaran yang tidak diajarkan secara teoritis, namun juga diperkenalkan dalam praktik. Mulai dari praktik ibadah wajib sampai ibadah yang sunah. “Untuk kegiatan ekstra  kurikuler kami ada cooking kids, drum band, renang, Bahasa Inggris, jarimatika, melukis dan computer kids. Semua itu mengarah pada bidang entreprenur yang bisa digeluti,” imbuh pengelola sekolah, Kholid Usman.

Meski memberikan layanan yang demikian, pihak pengelola RA Masyithoh mengaku tidak membanderol biaya tinggi. Biaya pendidikan seperti sekolah pada umumnya meskipun mengajarkan hal yang khusus dan lebih spesifik. “Misi kita adalah pengabdian murni, bukan untuk profit, jadi biayanya harus terjangkau,” imbuhnya.

Tak heran sekolah ini menjadi jujugan siswa setiap tahunnya. Namun karena kondisi sekolah yang tidak terlalu luas, sekolah ini belum mampu menarik siswa dalam jumlah ratusan. Saat ini, sekolah yang berada di Kelurahan Butuh, Kecamatan Temanggung ini memiliki 80 orang siswa. Dari jumlah tersebut dibagi dalam empat kelas dengan dua orang guru pada masing-masing kelas. “Standar maksimal kami, satu guru pegang 10 siswa agar lebih efektif,” tambahnya.

RA Masyithoh merupakan TK pertama di Kabupaten Temanggung. Didirikan oleh salah seorang ulama di Kelurahan Butuh, Kecamatan Temanggung, KH. Saluki Khaeroni. Istrinya, Hj Rodijah, sejak 1963 menjadi kepala sekolah. Pada awalnya TK ini seperti sekolah pada umumnya, namun dalam pengembangan selanjutnya diarahkan spesifik menjadi TK keagamaan yang mendidik kewirausahaan sejak dini. (Abaz Zahrotien/Mahbib)