"Police Go to Pesantren" Pupuk Kemitraan Melalui Pendekatan Spiritual
NU Online · Selasa, 30 Oktober 2012 | 05:00 WIB
Trenggalek, NU Online
Jajaran Kepolisian Resor (Polres) Trenggalek memiliki cara unik dalam melakukan pembinaan mental dan kedisiplinan anggotanya. Bukannya menggunakan pendekatan fisik, mereka justru diberi jadwal khusus mengikuti program "nyantri" di Pesantren Naulul Ulum, Desa Bendoagung, Kecamatan Kampak.<>
Pembinaan spiritual melalui serangkaian kegiatan pengajian ataupun pemondokan bagi anggota Polri sebenarnya telah lama diadopsi oleh Korps Bhayangkara. Polda Jatim bahkan secara khusus telah meluncurkan program "Police Go To Pesantren" pada bulan Ramadhan 1433 H, lalu. Program pemondokan prajurit/polisi itu tidak hanya berlaku di lingkup Mapolda Jatim, tapi juga wajib diikuti oleh seluruh jajaran di bawahnya .
Sebagaimana konsep awalnya, atensi peluncuran program ini terutama ditujukan pada personel kepolisian yang dinilai memiliki catatan masalah, baik di lingkup pribadi, keluarga, maupun kedisiplinan dalam melaksanakan tugas. Karena itulah peserta kegiatan Police Go To Pesantren diseleksi ketat.
Personel polisi yang memiliki catatan masalah kedisiplinan kategori berat dan sedang menjadi prioritas, demikian juga dengan anggota yang bermasalah dalam kehidupan keluarga pribadinya. Sementara yang lain diberi kebebasan untuk ikut bergabung dalam program “nyantri” bersama itu ataupun tidak sama sekali. Bebas!
Setelah hampir sebulan dilaksanakan selama Ramadhan, kegiatan “nyantri” untuk personel kepolisian ini boleh dibilang cukup berhasil. Polda Jatim maupun sejumlah Polres jajaran mengklaim telah berhasil menekan angka pelanggaran disiplin oleh anggota/personel, mulai dari tingkat bintara hingga perwira, hingga seminimal mungkin.
Meski secara kwantitatif intensitas penurunan tersebut tidak diungkap dalam tabulasi angka-angka yang spesifik, namun kegiatan pemondokan kilat itu dinilai berdampak positif. Program “nyantri” ala kepolisian ini diakui banyak pihak telah banyak membantu institusi Polri secara keseluruhan dalam membangun pencitraan positif di tengah masyarakatnya.
“Pendekatan spiritual ini membantu anggota me-refreshing mental sekaligus orientasi mereka dalam melakukan pengabdian masyarakat,” ujar Kapolres Trenggalek, AKBP Totok Suharanto, SIK, M.Hum.
Spirit pembinaan mental dan dedikasi personel sekaligus motivasi untuk membangun kemitraan dengan masyarakat yang diayominya itulah yang kemudian mendorong sejumlah jajaran kepolisian di tingkat kabupaten/kota untuk melanjutkan program Police Go to Pesantren, pasca-Ramadhan.
Tidak terkecuali di Polres Trenggalek. Serangkaian kegiatan spiritual, seperti mengaji tentang fiqih Islam, tafsir Al Quran, diskusi ke-Islaman hingga belajar membaca kitab suci Al Quran, mulai dari sekadar membaca huruf/aksara ibtidaiyah (huruf-huruf dalam bahasa Arab) hingga ritual khataman, rutin digelar di Masjid yang ada di lingkungan Mapolres Trenggalek maupun di Pesantren Naulul Ulum, Desa Bendoagung, Kecamatan Kampak.
Pengembangan
Hasil evaluasi yang dilakukan jajaran Kepolisian Resor Trenggalek atas kegiatan pemondokan dalam program Police Go To Pesantren selama Ramadhan menunjukkan adanya tren positif penurunan kasus kedisiplinan. Lima anggota/personel kepolisian yang sempat diidentifikasi memiliki masalah keluarga bahkan berhasil “dibina” melalui pendekatan spiritual dengan tema-tema tentang keluarga sakinah ala Islam.
Demikian juga dengan kedisiplinan anggota dalam menjalankan tugas, baik di dalam kantor maupun saat berada di lapangan. Meski tidak serta-merta, intensitas pengaduan dari keluarga anggota maupun masyarakat disebut-sebut telah banyak menurun sejak digelarnya program “nyantri” atau pemondokan kilat bagi personel kepolisian tersebut.
“Acuan kami ya berdasar pengaduan masyarakat tersebut. Kebetulan ada tren penurunan sejak digelarnya kegiatan ini selama Ramadhan kemarin, termasuk pada lima anggota yang memiliki masalah keluarga,” terang Kapolres AKBP Totok Suharyanto, SIK, M.Hum.
Dampak positif inilah yang kemudian menginspirasi jajaran Polres Trenggalek untuk mengembangkan kegiatan Police Go To Pesantren menjadi agenda rutin dan berkelanjutan. Menariknya, konon ide untuk meneruskan kegiatan polisi nyantri itu tidak hanya datang dari Kapolres AKBP Totok Suharyanto, melainkan juga karena membanjirnya usulan dari para anggota yang sebelumnya belum kebagian giliran mondok.
Singkat cerita, atensi kapolres dan aspirasi para anggota kepolisian itu lalu disinergikan. Hasilnya, Kapolres merekomendasikan pelaksanaan kegiatan pengajian rutin yang pelaksanaannya dirancang seminggu sekali, tepatnya setiap hari Jumat, namun dengan konsep sedikit diubah. Jika sebelumnya dirancang pemondokan selama 3-5 hari, kali ini program polisi nyantri hanya berlaku satu jam saja, yaitu bada Shalat Jumat mulai pukul 13.30 WIB hingga 14.30 WIB di Pondok Nailul Ulum.
Pemilihan kembali ponpes yang berlokasi di belakang kantor Kecamatan Kampak ini bukannya tanpa alasan. Menurut keterangan Kepala Subbag Humas Polres Trenggalek, AKP Siti Munawaroh, hanya pesantren Nailul Ulum yang memiliki tradisi rutin mengaji tafsir Alquran (kitab kuning), setiap sebelum sholat Jumat maupun setelahnya.
Selain tradisi yang telah mengakar sejak tahun 1955, jamaah pengajian rutin yang biasa digelar di masjid Ponpes Nailul Ulum tersebut cukup banyak. Konon jumlahnya mencapai ratusan dan berasal dari berbagai pelosok daerah se-Kabupaten Trenggalek maupun daerah sekitar.
Dalam implementasinya, tidak semua personel kepolisian secara bersamaan dikerahkan untuk mengikuti pengajian tafsir Alquran di Ponpes Nailul Ulum. Sebagaimana mekanisme Police Go To Pesantren kala Ramadhan, peserta pengajian tetap digilir per gelombang/rombongan dengan jumlah peserta dibatasi. Biasanya antara 20-30 personel per rombongan.
Tugas pemilihan dan penjaringan personel peserta pengajian ini berada di pundak Bagian Perencanaan Polres Trenggalek. Seperti fungsi otak, bagian perencanaan inilah yang bertugas menampung data personel yang diajukan masing-masing unit/bagian/satuan/polsek untuk kemudian dipilah dan dikelompok-kelompokkan menjadi rombongan peserta pengajian.
“Bedanya dalam program lanjutan ini sudah tidak lagi diperuntukkan bagi anggota yang memiliki masalah dalam hal kedisiplinan maupun keluarga, tapi berlaku menyeluruh. Kami semua secara bergantian akan digilir mengikuti hingga 3-4 kali pengajian tafsir Alquran di Pondok Nailul Ulum, setiap ba’da Jumat,” tutur Kasubbag Pengendalian dan Anggaran Bagian Perencanaan Polres Trenggalek, AKP Sukarjito.
Kemitraan Masyarakat
Jangan pernah membayangkan para polisi yang biasa bertindak tegas, bahkan terkadang sangar, saat menjalankan tugas di lapangan ini mengikuti pegiatan pengajian dengan seragam lengkap warna cokelat khas milik korps bhayangkara yang menjadi kebanggaan mereka. Sebaliknya, para penegak hukum ini justru mengenakan busana gamis, lengkap dengan peci hitam/putih layaknya para jamaah umum lainnya.
Mereka juga terlihat membaur di tengah para peserta pengajian lain yang datang dari berbagai pelosok daerah di Trenggalek. Bedanya, jamaah pengajian dari unsur kepolisian bakal diabsen oleh pengawas dari bagian perencanaan, seusai pengajian. Personel yang telah diplot mengikuti rombongan pengajian tetapi tidak datang akan diagendakan pada jadwal berikutnya.
Menurut Kapolres, kegiatan pengajian untuk personel kepolisian ini member dua keuntungan sekaligus bagi korps yang dipimpinnya. Pertama dalam hal pembinaan mental dan kedisplinan anggota. Selain pendekatan formal kedisiplinan yang telah berlaku di jajaran kepolisian, penguatan mental dan spiritualitas personel dinilai sangat membantu dalam meningkatkan mutu pelayanan kepolisian terhadap masyarakat. Dalam hal ini, menurut versi kapolres, tingkat kenakalan oknum polisi saat bertugas di lapangan bisa diredam hingga seminimal mungkin.
“Filosofinya begini, jika mental dan spiritualitas anggota (polisi) semakin baik, tentu dalam kehidupan sehari-harinya juga baik, demikian pula kecenderungannya dalam menjalankan tugas pelayanan masyarakat. Jadi ini menjadi fondasi,” ujar perwira alumni Akademi Kepolisian 1994 ini lugas.
Keuntungan Kedua, lanjut Kapolres, adalah fungsi kemitraan yang terjalin antara jajaran kepolisian dengan masyarakat. Interaksi yang baik dengan umat muslim yang menjadi kelompok mayoritas, khususnya komunitas pesantren, dinilai sangat membantu upaya polisi untuk mendekatkan diri dengan masyarakatnya. Imbasnya tentu positif terhadap tugas-tugas pokok kepolisian, terutama fungsi kamtibmas (keamanan ketertiban masyarakat). Sinergi yang baik dengan elemen pesantren dan umat Islam di Trenggalek secara keseluruhan menjadikan tugas pengayom masyarakat yang diemban polisi bisa dijalankan tanpa sekat.
Namun Kapolres tetap merendah. Menurutnya, kebijakan polisi nyantri tersebut bukanlah program yang secara khusus dirancang selama dua tahun kepemimpinannya di Polres Trenggalek, melainkan bagian dari “action plan” dari atensi Kapolda Jatim yang telah berjalan selama ini, termasuk dalam program Police Go To Pesantren yang diluncurkan selama bulan puasa lalu.
“Memang tidak ada yang istimewa, karena ini hanyalah action plan (menindaklanjuti) kebijakan Kapolda Jatim. Tradisi pengajian ataupun mondok bagi anggota juga sudah dirintis sejak masa kepemimpinan kapolres Trenggalek sebelum-sebelumnya,” tandasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Pengasuh Pesantren Nailul Ulum, KH Sahar Banuri Bastomi menyampaikan apresiasinya terhadap program “nyantri” yang diberlakukan di jajaran kepolisian Trenggalek. Ia membenarkan keterlibatan personel kepolisian dalam kegiatan pengajian yang digelar di pondok Nailul Ulum telah ada sejak lama, namun saat ini lebih terkonsolidasi dan terkoordinir sejak ada kesepahaman kerjasama secara khusus antara Kapolres AKBP Totok Suharyanto dengan dirinya.
Ulama berpengaruh di Kecamatan Kampak ini tidak mengungkap adanya pembinaan secara khusus mental dan spiritual personel polisi yang dipondokkan di Ponpes Nailul Ulum. Namun ia membenarkan bahwa saat digelarnya kegiatan pondok Ramadhan lalu, materi pengajian maupun tafsir Alquran lebih tersusun secara rapi laiknya materi kuliah atau kurikulum pesantren kilat.
“Tidak ada perlakuan khusus, tapi memang tema pengajiannya disesuaikan dengan kebutuhan pembinaan personel. Kapolres sudah menyampaikan latar belakang masing-masing personel yang dipondokkan di sini, sehingga materi pengajian ataupun diskusi keagamaan yang kami gelar menyesuaikan kebutuhan spiritual peserta,” terang KH Sahar.
Itu kilas cerita pelaksanaan pesantren selama bulan Ramadhan 1433 H, lalu. Setelah lebaran, pengajian yang diikuti rombongan polisi dari Polres Trenggalek di Ponpes Nailul Ulum dilakukan secara fleksibel, menyesuaikan dengan jadwal tafsir rutin yang digelar jamaah pengajian setempat. Selain rombongan wajib, anggota yang berminat untuk meneruskan kegiatan pengajian rutin di Ponpes Nailul Ulum dibebaskan selama fungsi pelayanan dan tanggung jawab kedinasan telah dirampungkan di satuan tugas masing-masing.
Redaktur: Mukafi Niam
Sumber : Antara
Terpopuler
1
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
2
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
3
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
4
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
5
Terkait Polemik Nasab, PBNU Minta Nahdliyin Bersikap Bijak dan Kedepankan Adab
6
Khutbah Jumat: Meraih Hikmah Kurban di Hari Raya Idul Adha
Terkini
Lihat Semua