Daerah

Pulang ke Rumah, Santri Lampung Karantina Mandiri Sambil Ngaji Daring

Kam, 7 Mei 2020 | 08:00 WIB

Pringsewu, NU Online
Langkah karantina mandiri menjadi standar protokoler yang telah ditentukan oleh para ahli medis untuk memutus penularan Covid-19, terlebih bagi mereka yang baru saja mengunjungi atau berada di zona merah. Karantina mandiri minimal 14 hari menjadi imbauan pemerintah selain kebijakan lain seperti larangan mudik dan mendirikan pos pemeriksaan para pendatang di perbatasan wilayah.
 
Waktu 14 hari bukanlah waktu yang sebentar bagi seseorang saat harus melakukan karantina mandiri di tengah pandemi Covid-19. Orang yang baru datang dari daerah tertentu, harus berdiam diri melalukan social and physical distancing guna memastikan ia tidak membawa virus Corona. Isolasi ini diberlakukan bagi semua orang dengan kesadaran diri, baik ia dalam kondisi sehat maupun memiliki masalah kesehatan.
 
Begitu juga yang dilakukan para santri pondok pesantren yang beberapa waktu lalu pulang lebih awal sesuai edaran PBNU dalam rangka pencegahan Covid-19. Sepulangnya para santri dari pesantren mereka melalukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Lalu, apa saja aktivitas yang dilakukan selama masa karantina mandiri?
 
Untuk mengetahui hal itu, NU Online menghubungi keluarga salah satu santri di Pringsewu, Lampung yang baru pulang dari Pesantren API Tegalrejo Magelang. Pihak keluarga menilai kebijakan antisipatif ini perlu dipatuhi bagi siapa saja yang baru datang ke sebuah daerah.
 
"Alhamdulillah putra kami tetap sehat, baik selama di pesantren maupun saat perjalanan sampai dengan di rumah. Mulai dari pemulangan dan perjalanan pulang dari pesantren, mereka sudah melakukan pemeriksaan kesehatan," kata Nuraini, wali santri bernama Syahrul Anam, Kamis (7/5).
 
Nuraini mengaku bahwa sampai dengan saat ini ia masih menerapkan physical distancing dan belum melakukan kontak fisik dengan putranya. Begitu sampai di rumah, ia langsung meminta putranya untuk mandi dan pakaian yang dibawa putranya langsung dicuci. 
 
"Ini sudah masuk hari ke-14, insyaallah besok sudah bisa beraktivitas normal. Selama ini kebanyakan aktivitasnya di dalam kamar saja," katanya.
 
Selama ini, Syahrul Anam mengisi waktu isolasinya dengan berbagai kegiatan seperti melakukan ngaji secara daring, menyelesaikan tugas sekolah, dan tadarus Al-Qur'an. Untuk menjaga kondisi kesehatan ia juga menyempatkan diri berjemur di bawah sinar matahari dan beraktivitas untuk mengeluarkan keringat di kebun belakang rumah.
 
"Untuk kebutuhan konsumsi sudah siapkan paket-paket khusus. Kalaupun ingin makanan lain, adiknya yang pergi untuk membelinya," tambahnya.
 
Sementara Haikalin Nur, santri asal Kresnomulyo Pringsewu yang baru pulang dari Pesantren Al Anwar Sarang melakukan karantina mandiri dengan banyak aktivitas di kebun. Ia tetap melakukan jaga jarak dengan siapa pun selama 14 hari termasuk dengan keluarganya.
 
"Saya lebih banyak menghabiskan waktu bekerja di kebun belakang rumah sendirian. Membersihkan rumput dan sesekali istirahat sambil muthalaah (mengulangi materi ngaji di pondok)," katanya.
 
Karena kondisi wilayah yang ada di daerahnya mayoritas perkebunan dan pertanian, Haikal ingin lebih memanfaatkan masa isolasinya untuk membantu orang tuanya mengurus kebun. "Alhamdulillah, saat ini sudah selesai masa isolasinya dan saya sudah bisa berinteraksi dengan keluarga, termasuk ibadah di masjid," ungkapnya.
 
Semenjak kedatangannya, ia dan masyarakat sekitar juga sudah saling memahami bahwa pada masa pandemi Covid-19 saat ini memang dianjurkan untuk melakukan isolasi mandiri. Ketika bertemu seseorang selama isoalasi, ia pun tidak melakukan kontak fisik seperti bersalaman walau sudah lama tidak bertemu.
 
Ngaji Daring
Menyikapi dipulangkannya para santri lebih awal, berbagai pesantren juga terus memberikan pendidikan melalui kemudahan fasilitas yang ada pada teknologi informasi. Para ustadz dan kiai pesantren menggelar berbagai kajian kitab dari berbagai disiplin ilmu menggunakan berbagai platform media sosial.
 
Cara tersebut tentu bermanfaat bagi para santri saat melakukan karantina mandiri di rumah. Selain untuk mengisi waktu longgar, ngaji online memberi solusi tercapainya target materi pendidikan di pesantren. Apalagi saat Ramadhan seperti ini, banyak akun media sosial, baik lembaga maupun perorangan menyiarkan secara langsung ngaji online.
 
"Ini tren positif bagi syiar pesantren dan santri," kata KH Munawir, Wakil Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu.
 
Ngaji daring juga menunjukkan bahwa pesantren dan santri tidak ketinggalan zaman, justru mampu beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan zaman. Pesantren sudah membuktikan diri sebagai lembaga pendidikan tertua dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap berubahnya zaman.
 
"Santri itu memegang kuat prinsip Al Muhafadzatu alal qadimis shalih, wal akhdu bil jadidil ashlah. Mempertahankan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang positif," terangnya.
 
Kondisi ini yang menurutnya menjadi salah satu hikmah dari wabah Corona. "Setiap musibah pasti membawa hikmah. Santri dan pesantren akan senantiasa luwes beradaptasi dengan perubahan zaman," pungkasnya.
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan