Daerah

Pesantren Roudlotul Huda Gelar Halal bi Halal ke-6

NU Online  ·  Selasa, 7 Oktober 2008 | 08:58 WIB

Jepara, NU Online
Ribuan santri dan alumni yang datang dari Jepara, Rembang, Grobogan, Demak dan Kendal, Senin (6/10) pagi berkumpul dalam rangka halal bi halal Ikatan Alumni dan Santri Pondok Pesantren Roudlotul Huda (Isaroh). Halal bi halal kali keenam pesantren salaf yang berlokasi di desa Margoyoso, Kalinyamatan ini merupakan agenda tahunan.

Imron Masyhadi, panitia halal bi halal menyatakan Isaroh merupakan wadah bagi santri dan alumni untuk mempererat hubungan santri, alumni, dan kiai. Santri asal desa Krasak, Pecangaan ini menambahkan hubungan diantara ketiganya harus harmonis sehingga silaturrahmi akan lestari dan abadi.<>

"Mudah-mudahan halal bi halal yang sudah berjalan enam kali ini senantiasa dinanti-nantikan oleh santri dan alumni juga semoga tetap lestari," kata Imron kepada kontributor NU Online Syaiful Mustaqim.

Pesantren yang diasuh oleh KH Muchlisul Hadi ini tetap mengedapankan tradisi salaf, yakni tetap mengkaji kitab-kitab kuning (klasik). Sebagian besar santri pesantren ini adalah kalangan pekerja, sehingga kegiatan mengaji disentralkan di sore, malam hari, dan setelah shubuh. Pagi hari dimanfaatkan santri untuk bekerja, ada juga yang sekolah di lembaga pendidikan terdekat semisal MTs/ MA Alfalah Margoyoso, MA Nurul Islam Kriyan dan MA Darul Ulum Purwogondo.

Pengasuh pondok pesantren Roudlotul Hidayah, K Nurul Musyafa' yang memberikan taushiyah halal bi halal pagi itu. Roudlotul Hidayah merupakan pesantren khusus putri di tempat sama hanya berbeda nama. Dalam pidatonya Nurul Musyafa' mengutip sebuah hadits tentang silaturrahmi, barang siapa menginginkan panjang umur dan lapangnya rizki hanya bisa ditempuh dengan silaturrahmi.

"Idul fitri merupakan momentum untuk saling memaafkan. Selain itu wahana silaturrahmi diantara santri, alumni, dan kiai," katanya kepada hadirin.

Lebih lanjut lulusan pondok pesantren Tegalrejo Magelang ini menambahkan, keberadaan santri berbeda dengan pelajar dan mahasiswa. Pelajar dan mahasiswa menurutnya mempunyai misi khusus yakni mengejar titel (gelar) sedangkan santri hanya menngharap ridlo Allah dan ridlo kiai.

Di akhir taushiyah guru MA Alfalah ini berharap agar konsep anfa'uhum linnas diaktualisasikan oleh santri. Sehingga saat terjun ke masyarakat benar-benar menjadi insan yang bisa bermanfaat untuk khalayak. (nam)