Daerah

Pesantren di Semarang Ini Kenalkan Nasionalisme kepada Anak

NU Online  ·  Selasa, 14 Agustus 2018 | 11:30 WIB

Semarang, NU Online
Dewasa ini nasionalisme tengah diuji dengan hadirnya ideologi asing dan tidak sesuai dengan Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Juga kebineka tunggal ikaan bangsa Indonesia yang guyup rukun dalam keberagaman. 

Santri Pondok Pesantren Durrotu Ahlis Sunnah Wal Jamaah (PPDA) Gunungpati Kota Semarang Jawa tengah menekankan pentingnya menanamkan nasionalisme sejak usia dini. Wujudnya, selama masa Amal Bakti Santri (Abas) para santri tidak hanya tekun melaksanakan program kegiatan keagamaan bagi masyarakat. Namun juga mengembangkan metode dalam menanamkan nasionalisme. 

“Cara yang dilakukan dengan memanfaatkan momen menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia dengan nonton film nasionalis dan bercerita,” kata Ketua Panitia Abas kedua, Muhamad Reza Maulana seusai monitoring kegiatan di Gedung TPQ Desa Kalisegoro Gunungpati, Kota Semarang, Senin (13/8).

"Kreatifitas santri harus dikembangkan," kata Reza. Terutama dalam interaksi sosial harus bisa menyesuaikan dengan masyarakat sekitar. Apalagi target yang dituju adalah anak-anak, maka menggunakan metode yang menarik bagi mereka, lanjutnya. 

Pada kegiatan ini, anak-anak diajak nonton film Bendera yang diproduksi HI Production dengan Produser Ridwan Rosman Syarif. Film tersebut dipandang tepat dalam menjaga anak dari paham Islam yang anti Pancasila. 

Bendera merupakan film yang menceritakan tentang kenangan perjuangan Eka saat mendapat tugas sebagai pengibar bendera pada peringatan Sumpah Pemuda di sekolahnya. Namun, ia dihadang preman saat ditugaskan untuk membawa bendera. Bendera Eka dicuri sehingga dia harus berjuang sekuat tenaga bahkan berkelahi melawan preman tersebut. 

Umi Wachidatin, santri putri PPDA menjelaskan film tersebut dalam bentuk cerita usai nonton bareng. Dengan latar belakang sebagai mahasiswi jurusan tekonologi pendidikan, menjadikannya mampu berinovasi dalam pembelajaran. Dengan kecakapan dalam penguasaan materi mendidik anak, dirinya piawai bercerita dan memukau anak-anak yang umumnya masih tingkat sekolah dasar. Mereka dengan antusias mendengarkan dan larut dengan cerita yang disampaikan. 

Pada kesempatan tersebut, para peserta juga mendapat penjelasan program 'Ayo mondok' yang diselipkan di sela cerita. 

Desa Kalisegoro Gunungpati merupakan kawasan dengan tingkat pemahaman keagamaan terbilang rendah termasuk bagian dari peta rawan idelogi radikal. Untuk memperkuat Islam yang sesuai dengan ideologi kebangsaan, direncanakan akan didirikan madrasah diniyah atau madin. (Rifqi/Ibnu Nawawi)