Daerah

Pesan Kepergian Habibie, Teknologi untuk Kemaslahatan Negeri

Jum, 13 September 2019 | 03:00 WIB

Pesan Kepergian Habibie, Teknologi untuk Kemaslahatan Negeri

Suasana upacara di Pondok Pesantren Bumi Sholawat Sidoarjo. (Foto: Sekolahprogresif)

Sidoarjo, NU Online
Berpulangnya Presiden ke-3 Indonesia, BJ Habibie, meninggalkan duka mendalam bagi seluruh kalangan, termasuk para santri. Karena dia adalah sosok yang layak diteladani.
 
Direktur Akademik Pondok Pesantren Bumi Sholawat Sidoarjo, Jawa Timur,  Muhdor Ali mengemukakan bahwa bagi kalangan santri, Habibie adalah cerminan ideal tentang kegigihan dalam menuntut ilmu. 
 
”Dunia santri ini kan dunia yang menuntut ilmu sampai akhir hayat, utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi, atau dalam bahasa di ilmu kependidikan itu long life education,” katanya lewat surat elektronik yang diterima media ini, Kamis (12/9). 
 
Dalam pandangannya, apa yang dilakukan Habibie sepanjang hidupnya mencerminkan hal tersebut. “Jadi, kita para santri harus meneladaninya,” ujar Gus Muhdor.
 
Menurutnya, sains dan teknologi kini mulai menjadi tradisi bagi para santri. Bahkan, upaya mendekatkan sains dan teknologi telah dimulai sejak dari pendidikan dasar. Banyak santri pun menjadikan Habibie sebagai inspirator saat menuntut ilmu.
 
”Sampai-sampai kan di seluruh kalangan santri muncul istilah yang sangat terkenal, yaitu kita harus berhati Makkah, berotak Habibie. Visi keilmuan agama berpadu dengan visi sains serta teknologi karena memang itu tidak bisa dipertentangkan. Agama mencintai ilmu pengetahuan dan teknologi,” jelasnya.
 
”Buktinya, banyak ayat di Al-Qur’an yang memerintahkan umat Islam menggunakan akalnya untuk mencermati alam semesta. Artinya kita dituntut mempelajari sains dan teknologi. Banyak ayat yang juga disertai pertanyaan afala ta'qilun atau afala tatafakkarun yang artinya tidakkah kamu sekalian berpikir,” imbuh putra KH Agoes Ali Masyhuri atau Gus Ali tersebut.
 
Menurut Gus Muhdor, dengan penguasaan sains dan teknologi, para santri bisa membantu masyarakat serta memajukan daerah serta negara. 
 
”Kalau santri kan jelas cinta NKRI, jadi teknologi yang dikuasai pasti untuk kemaslahatan, bukan untuk merongrong negara,” ujarnya.
 
Di Pesantren Bumi Sholawat sendiri, ujar Gus Muhdor, sains dan teknologi diperkenalkan secara intensif. Berbagai laboratorium berbasis teknologi ada di pesantren tersebut. Lomba sains antarsantri kerap digelar untuk memacu mereka menguasai teknologi.
 
”Dengan meneladani Bapak Habibie, kami ke depan terus memperkuat tradisi sains dan teknologi di kalangan anak-anak muda yang mondok di sini. Semoga lahir Habibie baru di pesantren dan komunitas pendidikan yang ada di Sidoarjo,” ujar alumnus Universitas Airlangga Surabaya tersebut.
 
Gus Muhdor juga mengajak seluruh santri melakukan shalat gaib serta tahlil untuk Habibie. Di lingkungan pesantren juga dikibarkan bendera setengah tiang. 
 
”Kami juga sudah mengontak para wali santri untuk bersama-sama mengirimkan alfatihah kepada Pak Habibie,” tandasnya.
 
 
Editor: Ibnu Nawawi