Perlu Terobosan Jitu untuk Perempuan di Eksekutif dan Legislatif
NU Online · Senin, 7 Maret 2016 | 22:03 WIB
Keterwakilan perempuan dalam legislatif maupun eksekutif masih rendah. Terbukti, anggota DPRD Di Jawa Tengah hanya ada 24 kursi dari 100 kursi hasil pemilu 2014. Untuk itu, perlu dilakukan terobosan jitu agar perempuan bisa mengambil peran lebih besar dalam menentukan nasib bangsa dengan menjadi pelaku kebijakan.
Demikian disampaikan anggota DPRD Jateng Hj Nurhasanah saat menyampaikan pendidikan politik perempuan tahun 2016 yang digelar Pimpinan Cabang Muslimat NU Brebes bekerja sama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan anak dan Keluarga Berencana (BP3KB) Jateng di Aula Kantor PC Muslimat NU Jalan Kiai Kholid Barat Pasarbatang, Senin (7/3/16)
Menurut Nurhasanah, penempatan posisi nomor urut sangat berpengaruh pada keterpilihan. Karena nomor urut 1 terbukti masih dominan jadi. Ada 62 persen anggota DPRD Jateng yang menempati posisi nomor urut 1 berhasil terpilih menjadi anggota dewan 2014-2019. “Sayangnya, rata-rata calon perempuan ditempatkan pada nomor urut 3 ke bawah sehingga peluangnya sangat kecil,” terangnya Nurhasanah yang juga politikus dari PPP.
Dilihat dari segi usia, legislator laki-laki cenderung berusia muda dengan 36,84% sedangkan perempuan 29,16%). Sementara anggota legislatif laki-laki berusia matang 23,68 persen dan perempuan berusia matang mencapai 33,33 persen. “Regenerasi perempuan di partai lebih lambat. Perempuan juga memerlukan waktu yang lebih lama untuk dipilih meskipun pengalaman politiknya lebih panjang,” terangya.
Nurhasanah membuktikan, jarang sekali perempuan jadi saksi-saksi di TPS sehingga gampang saja terjadi dominasi kekuasaan laki-laki. Dia melihat, sistem proporsional terbuka yang berlaku di Indonesia tidak membuka perlakuan khusus berbasis gender. Disamping itu, komitmen parpol untuk menjamin keterpilihan 30 persen untuk perempuan juga masih rendah. “Dari sekarang, kita harus berebut palu kekuasaan legislatif dengan modal yang besar berupa modal sosial, ekonomi, dan politik,” ajaknya dengan penuh semangat.
Kepala BP3KB melalui Kepala Bidang Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan (PKH PP) Provinsi Jateng Budi Aryanti menjelaskan, pendidikan politik ini digelar untuk memberi bekal kepada anggota Muslimat NU untuk peningkatakan partisipasi politik.
Menurutnya, meski sudah ada peningkatan anggota Dewan Perempuan di provinsi maupun di kabupaten dibanding pemilu tahun-tahun sebelumnya. Namun belum mencapai 30 persen. “Untuk dewan provinsi baru mencapai 24 persen sedangkan di tingkat kabupaten rata-rata 17,9 persen,” tutur Aryanti.
Aryanti melihat, perempuan yang secara aktif telah menyumbangkan diri dalam kegiatan perempuan. Aktivis Muslimat NU misalnya sangat berpeluang menduduki kursi dewan. Tapi yang jelas, kapasitas perempuan dalam kehidupan berpolitik makin meningkat dengan wawasan kader yang terpilih adalah perempuan yang responsip terhadap perempuan itu sendiri.
Ketua PC Muslimat NU Brebes Hj Chulasoh menambahkan, kegiatan ini diikuti 50 anggota Muslimat NU se Kabupaten Brebes. Mereka diharapkan bisa menyebarluaskan informasi yang didapat di pengajian-pengajian atau kegiatan rutin Muslimat di wilayahnya masing-masing. “Saatnya perempuan pegang palu kebijakan, bukan hanya pegang microphone untuk berpidato saja,” tandasnya.
Turut memberikan materi Kepala Bidang Kualitas Hidup Perempuan (KHP) Badang Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Brebes Hj Farikha. Dia menyampaikan tentang peran dan posisi kaum perempuan dalam politik. (wasdiun/abdullah alawi)
Terpopuler
1
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
2
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
3
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
4
Khutbah Jumat: Menjaga Keluarga dari Konten Negatif di Era Media Sosial
5
PCNU Kota Bandung Luncurkan Business Center, Bangun Kemandirian Ekonomi Umat
6
Rezeki dari Cara yang Haram, Masihkah Disebut Pemberian Allah?
Terkini
Lihat Semua