Daerah

Penuhi Kebutuhan Orang Tua Sibuk Kerja, Pesantren Anak Hadir di Buntet

Rab, 22 Juli 2020 | 10:15 WIB

Penuhi Kebutuhan Orang Tua Sibuk Kerja, Pesantren Anak Hadir di Buntet

Ilustrasi pesantren anak-anak di Pondok Pesantren Zawiyah Tijaniyah, Buntet Pesantren, Cirebon. (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online

Sejumlah orang tua mengirimkan anak-anaknya yang masih bersekolah di tingkat dasar ke pondok pesantren. Pergaulan yang semakin tidak terkontrol menjadi satu alasan mereka mengirim putra-putrinya ke pesantren.


“Salah satu alasan mereka dipondokkan adalah kekhawatiran wali santri terhadap pergaulan di kampungnya,” ujar KH Ahmad Syauqi Chowas, Pengasuh Pondok Pesantren Zawiyah Tijaniyah, Buntet Pesantren, Cirebon, pada Rabu (22/7).

 

Ilustrasi pesantren anak-anak di Pondok Pesantren Zawiyah Tijaniyah, Buntet Pesantren, Cirebon. (Foto: Ahmad Syauqi/Buntet)

 

Ada pula, katanya, yang karena keinginan pribadi anaknya. Tidak hanya itu, ada juga orang tua yang sibuk bekerja sehingga kesulitan untuk membimbing anak-anaknya secara langsung sehingga pilihan terbaik adalah mengirimkannya ke pesantren.


“Karena problem dalam memberikan bimbingan seperti kesibukan wali santri dalam bekerja, sehingga anak terbengkalai,” katanya.

 

Ilustrasi pesantren anak-anak di Pondok Pesantren Zawiyah Tijaniyah, Buntet Pesantren, Cirebon. (Foto: NU Online/Syakir NF)

 

Hal senada juga terjadi di Pondok Pesantren Darul Amanah. Ada seorang santri yang masih duduk di kelas 4 SD karena kesibukan orang tuanya dalam bekerja. Dia juga diantarkan ke pesantren oleh neneknya.


Kiai Ugi, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa pesantren anak-anak tentu berbeda dengan pesantren yang diikuti oleh santri-santri berusia remaja dan dewasa. Ia menegaskan bahwa hal tersebut memberikan perlakuan khusus kepada santri-santrinya.


“Perlakuan khusus pasti ada, karena santri anak-anak masih harus dilayani dan dibimbing untuk bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara madiri mulai dari makan, mandi, tidur, dan aktifitas lainnya,” ungkap kiai yang juga Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (LBM PCNU) Kabupaten Cirebon itu.


Di antara perlakuan khususnya adalah cuci pakaian yang tentu dilakukan oleh pihak pondok pesantren, tidak dilakukan oleh santri secara mandiri. “Tentu saja pakaian mereka dicucikan oleh salah seorang yang ditunjuk,” ujarnya.

 

Ilustrasi pesantren anak-anak di Pondok Pesantren Zawiyah Tijaniyah, Buntet Pesantren, Cirebon. (Foto: NU Online/Syakir NF)

 

Mengurus santri anak-anak, menurutnya, membutuh pengawasan lebih ekstra dalam membimbing dibanding santri yang berusia remaja dan dewasa. Hal ini yang menjadi tantangan tersendiri baginya. Paling kecil, santri yang diasuhnya saat ini berusia 8 tahun.


Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia didirikan guna sosial dan dakwah atau pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren saat ini telah menjadi sebuah lembaga yang mempunyai peran penting hampir di semua aspek kehidupan mulai dari sosial, ekonomi, politik dan budaya.


“Hampir semua yang menjadi problem  masyarakat saat ini terakomodir di dalam pesantren. Pesantren menjadi salah tujuan dalam menyelesaikan banyak problem masyarakat, tanpa meninggalkan fungsi utama yaitu sebagai lembaga pendidikan, bimbingan dan konseling,” pungkasnya.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad