Tangerang, NU Online
Sebagai Badan Otonom NU, Pengurus GP Ansor Kota Tangerang 2017-2021 merasa perlu meminta restu dan doa kepada para kiai. Semua pengurus dari mulai ketua, sekretaris, bendahara hingga anggota divisi ikut serta dalam silaturrahim tersebut. KH Edi Djunaedi salah satu kiai yang dikunjungi.
Kiai yang menjabat sebagai Mustasyar PCNU Kota Tangerang itu mengungkapkan kenangannya menjadi Ansor di tahun 1960-an. Saat ia menjadi Ketua Ansor Serang sering bersinggungan dengan PKI. Dulu, Ansor harus menjemput para kiai jika ada rapat NU.
“Kalau dulu Ansor itu repot. Kalo NU rapat yang jemput kiai-kiai itu Ansor,” kenang Kiai Edi saat memberikan nasihat kepada Pengurus GP Ansor Kota Tangerang, Banten, Jumat (26/1) di rumahnya.
Ansor harus memiliki peta dakwah yang jelas. Dengan memetakan penduduk Tangerang dari berbagai aspeknya. Agar Ansor bisa melihat kemampuan dan kekuatan dalam melaksanakan program kerja.
“Kader Ansor harus mengetahui situasi penduduk kota Tangerang. Dilihat dari usia, pendidikan, dan ekonomi termasuk lembaga pendidikan. Ansor lahan dakwahnya siapa. Usia berapa tahun. Itu harus dipetakkan. Untuk mempersiapkan bahan dakwah yang harus disiapkan. Sehingga program kerjanya akan jelas mau melakukan apa,” pesannya.
Menurutnya, estafet pergerakan Ansor mesti mengambil petunjuk dari Al-Qur’an. Jika Al-Qur’an dijadikan petunjuk pasti Ansor maju. Namanya hudan (petunjuk) itu untuk kemajuan bukan kemunduran. Maka umat Islam harus menggunakan akalnya.
Khairin (kebaikan) itu, lanjutnya, bisa didapat dengan ilmu. Mengerjakan yang baik. Jika susah membedakan yang baik, minta diberi petunjuk yang baik. Apa saja yang kamu lakukan dari satu kebaikan. Allah pasti memberikan kebaikan.
“Setelah mengetahui yang baik. Apakah harus melakukan dan memilih yang baik. Kalau mau maju, ya pilih yang baik. Kadang memilih itu yang susah. Kalau ketemu dua pilihan, maka pilihlah yang madharatnya lebih kecil,” pesan kiai yang juga menjabat sebagai Ketua MUI Kota Tangerang itu. (Suhendra/Fathoni)