Daerah

Pemburu Lomba

NU Online  ·  Rabu, 30 Maret 2011 | 11:06 WIB

Sumenep, NU Online
Sore itu, 29 Maret 2011, kantor lembaga pers mahasiswa (LPM) Instika disesaki belasan mahasiswa. Ruangan yang hampir seluas lapangan basket tersebut, ramai dengan perbincangan yang cukup serius.

Kalau sebelumnya kantor sebelah tenggaranya perpustakaan itu ramai dengan diskusi mengenai persiapan penerbitan, kali ini beda. Fokus pembahasannya seputar lomba karya tulis (call for paper) yang diselenggarakan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang deadline abstrak-nya jatuh pada tanggal 3 April 2011.<>

Pada kesempatan itu, dari 15 orang pengurus LPM, yang hadir hanya enam orang. Sisanya disibukkan dengan banyak hal yang berkaitan dengan proses investigasi. Selain pengurus LPM, terdapat sepuluh mahasiswa yang juga aktif terlibat dalam perbincangan. Mereka rela meluangkan waktu guna mengindahkan ‘tantangan’ pengurus LPM untuk ikut lomba karya tulis tingkat nasional.

Salah satu syarat lomba dalam rangka memperingati hari ulang tahun Departemen Ilmu Komunikasi Fisip Unair yang ke 23 itu ialah harus berkelompok, maksimal 3 orang tiap kelompok. Akhirnya disepakati untuk membentuk enam kelompok yang masing-masing kelompok diacak jenjang pendidikannya; semester bawah digabung dengan semester yang lebih atas. Dan hal ini disepakati secara utuh oleh para Pemburu Lomba.

Langkah semacam itu merupakan bagian dari strategi kaderisasi di LPM. Sehingga, dari waktu ke waktu tidak terdapat pemutusan generasi. Sebagai konsekuensinya, senior dituntut untuk benar-benar serius mendampingi kadernya. Keseriusan inilah yang selama ini menjadi titik pijak pengurus LPM dalam merealisasikan program kerjanya.

Kami menjuluki diri sebagai Pemburu Lomba. Sebab, tiap kali terdapat lomba, kami berusaha untuk tidak absen. Sesibuk apapun, kami akan tetap berusaha meluangkan waktu untuk melakukan kompetisi dalam berkarya. Kami mengedepankan proses. Menang bukanlah target utama kami.

Kendati demikian, banyak lomba yang telah dimenangkan oleh pengurus LPM. Salah satunya, Paisun yang kini menjabat koordinator divisi Penerbitan. Karyanya ditahbiskan sebagai Juara 2 pada Lomba Esai Tingkat Nasional Pekan Komunikasi Universitas Indonesia. Beberapa bulan sebelum itu, makalahnya dipresentasikan pada The 10th Annual Conference on Islamic Studies (ACIS ke 10), Dirjen Dikti Kementrian Agama RI, di Banjarmasin, 1-4 Nopember 2010.

Keberhasilan tersebut menjadi pemantik semangat para mahasiswa yang belum mencecap manisnya juara karya tulis. Setidaknya, para Pemburu Lomba memberikan sinyal akan hal itu. Mereka berdiskusi tema lomba secara tajam dan mendalam hingga petang membayang. (hay)