Mempawah, NU Online
Banser NU Mempawah melakukan pembaretan, Ahad-Senin, 22-23 Juli 2018. Rajuini, ketua GP Ansor Mempawah menuturkan pelaksanaan kegiatan di Pondok Pesantren Ar-Rasidi, di Desa Antibar Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Mempawah.
PembaretanĀ diikuti oleh kader Banser dari beberapa kabupaten yang ada di Kalimantan Barat, antara lain Mempawah sebagai tuan rumah, Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, dan Kabupaten Sambas. Jumlah peserta mencapai 110 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Ia juga mengatakan bahwa pembaretan ini adalah salah satu rangkaian dari kaderisasi yang ada di Banser. "Pembaretan ini mesti dilakukan oleh setiap kader, karena memang untuk menggunakan baret tidak semudah yang dibayangkan oleh kader," katanya.
Pembaretan dirangkai dengan menempuh perjalanan sepanjang 35 kilometer, guna untuk melatih jiwa kesetiaan dan ketahan terhadap peserta yang mengikuti pengkaderan ini.Ā
Ia berharap bahwa dengan pembaretan ini, anggota Banser nantinya dapat memperkuat kembali tentang semangat kebanserannya. Tak kalah penting juga kader Banser akan menjadi kader yang militan. "Berhubung saat ini banyak sekali isu yang mengancam keadaan Republik Indonesia juga mengancam persatuan dan kesatuan baik bangsa maupun persatuan umat Islam," katanya.
Acara pembaretan ini juga dihadiri oleh sahabat Tohidin selaku ketua Satkorwil Banser Kalbar. Dalam sambutannya ia mengaku bangga terhadap Banser saat ini. Sudah banyak kegiatan Banser yang dilakukan di Kalimantan Barat. "Ini semua sebab komando dari Sahabat Nurdin yang beliau selaku ketua PW Ansor Kalbar," ungkapnya.
Tohidin berpesan kepada seluruh peserta agar anggota Banser menamkan jiwa komitmen dalam menjaga para ulama. "Jika kalian ragu terhadap Banser, jika kalian ragu bahwa Banser pembela agama, maka saat ini kita sedang dalam bahaya. Maka dari itu semangat menjadi menjaga ulama dan negara ini harus lebih komitmen," tegasnya.
Ditambahkan, jihad sesungguhnya adalah jihad yang dipimpin oleh para ulama. "Kita lihat betapa ulama-ulama NU selalu konsisten, mereka dihujat, dihina, dihajar bahkan disembelih pun mereka tetap rela demi menjaga kedaulatan bangsa Indonesia dan menjaga agama Islam ini," imbuh Tohidin.
Selain itu, Banser hadir bukan untuk menghancurkan, tapi untuk menyelamatkan negara. Cara Banser dalam menyelesaikan masalah bukan dengan kekerasan. "Tapi, dengan musyawarah dan mencari solusi yang tepat agar dapat untuk persatuan umat," pungkasnya. (Salihin/Kendi Setiawan)