Pelajar NU Jogja Baca Kembali Biografi Pendiri IPNU-IPPNU
NU Online · Rabu, 23 Maret 2016 | 05:10 WIB
Sejarah kehidupan pendiri organisasi pelajar di NU, KH Moh Tholhah Mansoer, memiliki sejumlah keunikan. Ia berasal dari keluarga biasa, bukan keturunan darah biru, tapi dinilai mampu menunjukkan prestasi dan kiprah yang tidak biasa.
Tholhah juga tidak pernah belajar di pesantren, kecuali ikut mengaji diniyah di Malang. Ia cuma bisa menempuh sekolah-sekolah rakyat pada zamannya karena latar belakang profesi sang ayahanda yang hanya penjual sapu lidi keliling di Malang.
Bahkan, masa sekolahnya pun sempat berhenti karena ikut andil dalam mengusir penjajah kala itu. Ketika keadaan aman baru ia meneruskan lagi sekolah di taman rakyat, sampai hijrah ke Yogyakarta untuk kuliah di Universitas Gadjah Mada.
Cuplikan biografi ini tertuang dalam buku “KH. Moh Tholhah Mansoer Sang Professor NU yang Terlupakan” yang dibedah Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) kota Yogyakarta di gedung LKiS Yogyakarta, akhir pekan kemarin (20/3).
Meski bukan keturunan kiai atau ningrat, keaktifan Tholhah Mansoer dalam bergaul dengan orang-orang NU membuahkan ide kreatif untuk membentuk sebuah wadah pagi pelajar NU. Hingga disahkan saat Muktamar NU di Semarang pada 24 Februari 1954. Lucunya, saat pengesahan IPNU sebagai salah satu banom NU, Tholhah sendiri tidak hadir dalam muktamar. Dan setahun kemudian tepatnya pada tanggal 2 Maret 1955 lahirlah Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama yang diketuai pertama oleh Umroh Mahfudoh, cucu KHWahab Hasbullah sekaligus istri dari KH Moh Tholhah Mansoer.
Sang penulis buku, Fahshin M Fa’al, menjadi pembicara dalam diskusi kali ini dan sebagai pembanding, Masyhuri mantan sekretaris Pimpinan Pusat IPNU. Bedah buku kali ini merupakan kegiatan ketiga dalam rentang sebulan setelah terselenggaranya acara Latihan Kader Muda (Lakmud).
“Alhamdulillah sampai saat ini kader Lakmud 2016 saling bersinergi dalam melaksanakan agenda-agenda yang telah direncanakan,” ujar Luthfi Ainun Najib selaku Ketua PC IPNU kota Yogyakarta.
Menurutnya, eksistensi IPNU-IPPNU sampai sekarang terus berkembang sampai ke pelosok negeri. Mbah Tholhah termasuk salah satu orang cerdas di NU, orang pertama yang mendapat gelar professor dari presiden Soeharto kala itu.
Ketauladanannya yang patut ditiru, katanya, ialah orang yang tidak gia jabatan meskipun secara intelektual ia mampu. “Berbanding terbalik dengan fenomena zaman sekarang yang terpenting jabatan meski intelektualnya kurang,” tuturnya. (Halimatus Sakdiyah/Mahbib)
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua