Daerah

Pelajar Jangan Mudah Terprovokasi Media Tidak Jelas

NU Online  ·  Ahad, 26 Agustus 2018 | 04:30 WIB

Pelajar Jangan Mudah Terprovokasi Media Tidak Jelas

Armaidi Tanjung (kiri) saat pelatihan jurnalistik.

Pariaman, NU Online
Siapa saja termasuk mahasiswa dan pelajar harus hati-hati menyikapi informasi dari berbagai media sosial, media online dan lainnya. Jangan mudah terprovokasi, apalagi membagi berita dan informasi yang belum tentu kebenarannya.
 
Demikian diungkapkan kontributor NU Online di Sumatera Barat, Armaidi Tanjung, Sabtu (25/8). Hal tersebut disampaikannya saat memberikan materi pada pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Pariaman.  Tampil pula narasumber lain yakni Zakirman Tanjung. 

Armaidi menyebutkan isu agama dan politik sangat mudah menarik perhatian publik. Sentimen agama yang disajikan media sosial sangat mudah memancing untuk disikapi. “Apalagi nama medianya cenderung bernuansa agama, sangat mudah menjadi perhatian publik,” katanya.  Padahal informasi yang disampaikan sesungguhnya adalah hoaks, lanjutnya.
 
"Secara pribadi sudah beberapa kali saya menemukan berita hoaks yang menyesatkan. Faktanya bertolak belakang dari peristiwa sesungguhnya,” jelasnya. Namun karena ada kepentingan pihak tertentu, informasi tersebut sengaja dibelokkan agar sentimen agama mudah dipercaya publik, lanjut Bendahara  Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Padang Pariaman tersebut.
 
Data dari Dewan Pers menyebutkan, ada 47 ribu media di Indonesia. Sekitar 2.000-2.500 tercatat sebagai media cetak, 44.300 media online, 600 media televisi dan 400 media radio. “Dari semua media tersebut, ternyata masih sangat sedikit yang terverifikasi di Dewan Pers,” jelasnya.
 
"Agar terhindari dari berita-berita hoaks, setidaknya bisa dilihat dari pengelola media,” katanya. 

Standar Dewan Pers setidaknya harus ada lembaga berbadan hukum (PT, yayasan atau koperasi) yang mengelola/menayangkan. Harus ada penanggungjawab, alamat, struktur, nomor kontak pengelola juga jelas. 

“Jika hal tersebut tidak lengkap, informasi yang disampaikan jangan mudah dipercaya. Bila perlu abaikan saja informasinya,” tegasnya. Bisa jadi informasi yang disampaikan adalah hoaks, lanjut wartawan yang sudah mengikuti uji kompetensi wartawan utama tersebut. 
 
Jika media tersebut dikelola atau berafilisasi dengan organisasi tertentu, maka harus jelas organisasinya. Sehingga informasi terkait organisasi tersebut  dapat dipercaya. “Seperti informasi ke-NU-an dan  seputar PMII, tingkat kebenarannya lebih terjamin di NU Online ketimbang media yang kurang jelas pengelolanya,” kata Armaidi.  
 
Praktisi media Zakirman Tanjung menyebutkan,  laporan atau  berita hendaklah ditulis secara komprehensif. “Agar pembaca memperoleh informasi yang lengkap alias tidak menyisakan tanda-tanya,” ungkapnya. Selain itu, wartawan dituntut berpacu dengan waktu, menyajikan hasil liputan pada kesempatan pertama. Dengan kata lain, haram bagi wartawan menunda-nunda pekerjaan, lanjutnya.
 
Pada kesempatan tersebut dirinya menyampaikan cara belajar efektif menulis berita adalah dengan metode ATM BRI yakni amati, tiru, modifikasi, belajar rajin dan intensif. “Metode ini  dikenal jika belajar dengan autodidak,” ungkapnya. Seperti pengalaman dirinya yang menulis artikel, puisi, cerpen dan berita dan dilakukan semenjak sekolah dasar.

Pelatihan dibuka Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kanderi. Dan kegiatan diikuti kader PMII dari mahasiswa STIT Syekh Burhanuddin, STIE Sumbar Pariaman, siswa SMA, SMK dan MAN di Kota Pariaman. (Red: Ibnu Nawawi)