Daerah

Orang Berilmu Belum Tentu Masuk Surga, Ini Penyebabnya

Selasa, 5 Desember 2017 | 03:30 WIB

Pringsewu, NU Online
Kebanyakan penduduk surga nantinya bukanlah orang yang tahu ataupun orang yang pintar baik dalam hal agama maupun hal-hal lainnya. Namun, banyak ahli surga dikarenakan mengikuti para ulama yang merupakan para kekasih Allah. Mereka mendapatkan berkah karena bersama-sama para ulama serta mendapatkan pandangan keberkahan dari para ulama tersebut.

Demikian penjelasan Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar Maron Purworejo Jawa Tengah KH. Abdul Hakim Hamid saat memberikan mauidzatul hasanah pada kegiatan Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di Gedung NU Kabupatrn Pringsewu, Ahad (3/12).

Alumni Pesantren Al Falah Ploso Kediri Jawa Timur yang akrab disapa Gus Hakim ini menegaskan bahwa tidak ada jaminan orang-orang pintar akan masuk surga. Kalaupun ada mereka adalah orang yang istimewa yang dalam kehidupannya menjadi orang yang tidak hanya pintar, tetapi juga benar.

"Tidak menjadi orang yang nang ngarep ribet nang mburi nyrimpet (di depan tidak baik dibelakang merusak)," katanya.

Orang-orang pintar walaupun itu dalam bidang agama menurut Gus Hakim, juga tidak ada jaminan akan menjadi orang beriman. Karena saat ini ada saja orang yang pintar agama, namun hanya digunakan sebagai ilmu pengetahuan saja tanpa dihayati dan diamalkan. Bahkan ada yang menggunakan ilmu diperdagangkan dan dimanfaatkan untuk mencari materi keduniawian.

Lebih susah lagi di zaman ketika materialistis lebih mengedepankan retorika dan kemampuan rasio, dan banyak orang yang mengukur kesuksesan seseorang dengan banyaknya harta dan tahta. Sampai-sampai ibadah pun dinaitkan untuk mencari materi dunia.

"Kalau lagi butuh, rajin shalat tahajud. Lagi bingung shalat Istikharah. Lagi nggak punya duit shalat dhuha. Munajat kita masih dipenuhi dengan hasrat," katanya.

Ia menegaskan cara ibadah seperti itu adalah karena pelakunya melupakan akan pentingnya barakah dalam kehidupan.

Selain itu, sekarang ini banyak orang hanya melihat sesuatu yang tersurat saja dan tidak memperhatikan yang tersirat. Padahal keberkahan merupakan sesuatu yang tak terlihat tersebut.

"Berkah adalah suatu kebaikan yang tidak bisa dihitung dengan angka dan tidak bisa diungkapkan dengam kata-kata," jelasnya. (Muhammad Faizin/Kendi Setiawan).