Jember. NU Online
NU yang sering diplesetkan dengan terminologi “narik urunan” boleh juga diterapkan dalam manajemen pengelolaan Nahdlatul Ulama, asalkan itu berlaku bagi internal dan simpatisan. Sebab, kekuatan NU memang terletak di jumlah massanya yang besar.
Demikian diungkapkan Wakil Ketua PCNU Jember Abdul Haris saat menjadi pemateri Latihan Kader Dasar (LKD) Pimpinan Cabang Fatayat NU Jember di aula kantor NU Jember, Ahad (15/1).
Menurutnya, NU sesungguhnya mempunyai potensi yang luar biasa, baik dari sisi ekonomi maupun politik. Jika potensi ekonmi NU digarap dengan serius, maka tentu akan menghasilkan sesuatu yang besar untuk agama Islam. “Sayangnya, potensi ekonomi NU belum digarap secara maksimal. Jangankan untuk pemberdayaan ekonomi umat, untuk kegiatan kantor NU saja, masih belum,” ucapnya.
Paparan Ustadz Haris soal potensi ekonomi NU kemrdian mengerucut pada seputar kegiatan dan program-program NU. Dikatakannya, narik urunan sejatinya merupakan solusi terbaik bagi pendanaan kegiatan-kegiatan NU. Apalagi selama ini, faktor utama yang menjadi kendala agenda kegiatan NU adalah soal dana.
Ia mengaku yakin warga NU juga tak keberatan dimintai iuran secara rutin asalkan dikelola dengan transparan dan penuh tanggung jawab. “Coba di Jember berapa ratus ribu warga NU jumlahnya. Misalkan setiap bulan nyumbang 1000 rupiah saja, sudah berapa dana yang terkumpul tiap bulan. Yang penting sekarang kuncinya adalah transparan. Makanya untuk membuat NU besar dan hebat, mari kita terjemahkan NU dengan narik urunan,” jelasnya.
Komisi Fatwa MUI Jember itu menambahkan, NU di masa-masa awal, narik urunan adalah hal biasa. Para ulama dan pendiri NU, tak segan-segan merogoh kocek pribadinya dengan ikhlas untuk mendanai acara-acara NU. NU, katanya, merupakan warisan berharga dari para ulama yang harus dirawat dan dilestarikan. “NU wajib kita rawat. Ibarat rumah, kita tinggal menempati saja,” urianya. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
4
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
5
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
6
Pos-Pos Petugas Penentu Kelancaran Lalu Lintas Jamaah di Jamarat Mina
Terkini
Lihat Semua