Daerah

NU Tambora Jakbar Sapa Masyarakat dengan Lailatul Ijtima Tiap Bulan

Sab, 5 Oktober 2019 | 20:30 WIB

NU Tambora Jakbar Sapa Masyarakat dengan Lailatul Ijtima Tiap Bulan

Lailatul Ijtima MWCNU Kecamatan Tambora, Jakarta Barat yang rutin digelar sebulan sekali (Foto: NU Online/Ahdori)

Jakarta, NU Online
Lailatul Ijtima yang menjadi ciri khas Nahdlatul Ulama kini jarang terdengar di masyarakat, utamanya di kawasan bawah seperti kelurahan atau pedesaan. Padahal, kehadirannya memiliki banyak manfaat, diantaranya dapat mengurai setiap masalah-masalah sosial yang ada. 

Untuk kembali membangkitkan kegiatan yang digagas para ulama NU tersebut, sejumlah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) di Jakarta Barat kembali menggaungkan lailatul ijtima secara rutin. Pada kegiatan tersebut selalu diiringi dengan santunan kepada anak yatim piatu.

Menurut Ketua MWCNU Kecamatan Tambora Ustadz Mustofa kegiatan tersebut rutin dilaksanakan untuk membuktikan kehadiran NU di akar rumput. Juga menunjukan tingginya komitmen Nahdlatul Ulama terhadap masalah-masalah sosial di masyarakat. 

Ustadz Mustofa menambahkan, kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan di satu tempat, melainkan bergilir dari satu kelurahan ke keluarahan yang lain. Di Kecamatan Tambora, terdapat 12 kelurahan sehingga genap setahun baru satu kelurahan bisa menjadi tuan rumah. 

“Kegiatan insyallah kami gelar satu bulan sekali, keliling ke 12 kelurahan,” kata Mustofa ditemui NU Online disela-sela kegiatan Lailatul Ijtima di Salah satu Masjid di Kelurahan Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat, Sabtu (5/10) malam. 

Lailatul ijtima, lanjutnya, diisi dengan pengajian dan mauidhoh hasanan serta konsolidasi pengurus MWC dan ranting NU di Jakarta Barat. Pun dengan santuna anak yatim, diberikan kepada sekitar 60-an anak yatim yang ada di sekitar kelurahan terkait. 

Ia menjelaskan, dakwah NU di Perkotaan memiliki tantangan tersendiri yaitu harus dilakukan dengan pendekatan yang serius yakni menyentuh hati masyarakat. Pendekatan itu menurutnya penting karena sesungguhnya kultur dan ideologi di masyarakat Tambora berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama.

Selanjutnya, kata Mustofa, pendekatan tersebut sekaligus menyampaikan penjelasan terkait dengan posisi NU. Sebab di kalangan bawah seperti lingkungan rt dan rw masih banyak yang menyebut bahwa NU adalah partai Politik. 

“Itu masih terjadi, di lingkungan paling bawah,” tambahnya.

Kemudian, cara dakwah persuasif selanjutnya adalah kerap mengunjungi orang yang sakit. Ia optimis dengan begitu, masyarakat melihat NU bukan lagi sebagai Ormas formal yang memiliki banyak procedural melainkan rumah bagi masyarakat kalangan bawah. 

Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Abdullah Alawi