
Suasana pembukaan Madrasah Barista Santri di aula kantor PCNU Kencong, Jember, Jawa Timur. (Foto: NU Online/Aryudi AR)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Kopi bukan sekadar minuman biasa, tapi merupakan ‘media’ silaturahim, bisnis dan budaya. Dalam setiap acara atau bahkan hanya bertamu, hampir dipastikan kopi selalu hadir menjadi suguhan minuman ringan untuk ‘menghangatkan’ suasana. Tapi sesungguhnya kopi bukan cuma untuk penghangat tapi juga sebagai media mendekatkan diri kepada Allah.
Menurut Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kencong, Kabupaten Jember, Jawa Timur, KH Zuhairuz Zaman, salah satu riwayat menceritakan, saat Abul Hasan Ali Asy-Syadzili diberi ijazah wirid dari gurunya, Syekh Abdullah Al-Masyisyi, ia selalu gagal melaksanakan wirid tersebut. Pasalnya, wirid harus dilakukan selama 40 hari tanpa tidur dan batal wudlu. Namun sayang, Asy-Syadzili tidak bisa melakukannya karena tidak tahan ‘melekan’. Tidak lama setelah itu, saat tertidur, ia pun mendapatkan petunjuk terkait manfaat biji kopi yang mampu mengatasi rasa kantuk.
Asy-Syadzili kemudian meracik kopi dan menyeduhnya menjadi sebuah minuman. Dan benar, rasa kantuk yang biasa dirasakannya saat melakukan wirid, hilang. Sehingga kopi menjadi minuman favoritnya untuk menyendiri mendekatkan diri pada ilahi.
“Jadi awalnya, kopi diminum untuk keperluan mendekatkan diri kepada Allah,” urainya saat membuka Madrasah Barista Santri di aula Kantor PCNU Kencong, Jember, Sabtu (27/6).
Gus Zuher, sapaan akrabnya, lalu menerangkan asal usul kopi. Katanya, menurut Al-Jaziri dalam kitab Umdatus Shafa bahwa kopi berasal dari tanah Ibnu Sa'duddin, atau daerah Habasyah (sekarang Etiopia, Afrika). Dalam riwayat lain disebutkan, biji kopi pertama kali ditemukan pada abad ke-8 hijriah sebagaimana ditulis oleh Habib Abdurrahman bin Muhammad al-Husainy al-Hadramy dari marga Alaydrus (1070-1113 H), dalam kitab berjudul Iinaasush Shafwah bi Anfaasil Qahwah.
“Ia (Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Husainy Al-Hadramy) menjelaskan bahwa seorang ulama sufi terkenal, Imam Abul Hasan Ali asy-Syadzili merupakan sosok penemu kopi pertama,” jelasnya.
Gus Zuher menambahkan, saking begitu cintanya kepada kopi, Imam Abul Hasan Ali asy-Syadzili menuliskan syair tentang kopi dengan begitu dalam. Bunyinya: Wahai orang-orang yang asyik dalam cinta sejati dengan-Nya, kopi membantuku mengusir kantuk. Dengan pertolongan Allah, kopi menggiatkanku taat beribadah kepada-Nya dikala orang-orang sedang terlelap.
“Jadi kopi juga identik dengan giat sufi,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua PCNU Kencong, Kiai Zainil Ghulam memberikan apresiasi atas terselenggaranya Madrasah Barista Santri. Menurutnya, program tersebut sangat berguna bagi peserta (santri) untuk berwirausaha, khususnya di bidang minuman kopi.
“Kita tak perlu larut dalam Corona, ayo kita bangkit, kita berwirausaha menciptakan peluang dalam situasi apapun,” ungkapnya.
Madrasah Barista Santri adalah sebuah pelatihan kewirausahaan, terutama di bidang keterampilan membuat kopi. Pelatihan yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Lakpesdam NU Kencong tersebut, berlangsung selama dua hari, dan akan berakhir Ahad (28/6).
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
2
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
3
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
4
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
5
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
6
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
Terkini
Lihat Semua