Semarang, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah HM Muzammil mengajak kepada warga NU untuk terus menghidupkan kegiatan tradisi dan budaya di masyarakat melalui masjid-masjid dan mushala, termasuk menjaga ideologi negara.
"Saya mengajak kepada nahdliyin untuk terus menggelorakan tradisi dan budaya yang diwariskan para ulama salafus shalihin agar bisa kita'uri-uri' di masjid maupun mushala," ujarnya.
Hal itu disampaikan saat dirinya membuka Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) II PCNU Kota Semarang, Jawa Tengah di Aula Masjid Raya Baiturrahman, Simpanglima Semarang, Ahad (14/7) kemarin.
Dikatakan, mepertahankan tradisi dan budaya yang telah diamalkan para ulama salafus shalihin dalam hal ini para Wali Songo dalam upaya membawa warna Islam yang rahmatan lil alamin dan inilah yang disebut Islam Nusantara.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, kendati HTI telah dibubarkan, namun di tengah-tengah masyarakat masih nampak pola-pola gerakannya, ini harus diwaspadai, jangan sampai lengah. Masyarakat diminta mewaspadai manuver para mantan aktivis organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah dibubarkan pemerintah.
“Pola-pola gerakan itu manuvernya berupa gerakan-gerakan yang berupaya mencoba-coba menggantikan ideologi Pancasila dengan khilafah Islamiyah,” ujarnya.
Menurutnya, warga NU akan dilibatkan secara aktif untuk melakukan kerja–kerja penguatan bidang ideologi, agar Ideologi Pancasila tidak terusik.
Selain kerja-kerja menjaga ideologi negara, lanjutnya, Nahdliyin juga akan dilibatkan dalam mencegah dan mengatasi gangguan yang mengancam sektor lain, terutama ekonomi, politik, pertahanan, dan keamanan.
Dalam Muskercab itu juga digelar dialog dengan menghadirkan beberapa narasumber di antaranya Rektor Unwahas Mahmutarom HR, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unnes Moh Solehatul Mustofa, mantan Gubernur Jateng H Ali Mufiz, Rais PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail, dan Ketua PWNU HM Muzammil dipandu oleh Katib Syuriyah PCNU Kota Semarang H Ahmad Izzuddin.
Ali Mufiz mengusulkan agar para kiai NU melakukan penguatan Ahlussunnah wal-Jamaah dengan cara membuka pesantren-pesantren di perkotaan.
”Kalau bisa di dekat-dekat kampus perguruan tinggi. Mengapa? Karena anak-anak muda haus dengan agama. Jangan sampai mereka salah belajar agama kepada orang yang bukan ahlinya bahkan mengajak ke jalan sesat,” ujarnya.
Menurutnya, NU yang dilahirkan sebelum Indonesia merdeka tidak ada persoalan dengan negara dan ideologi Pancasila. Bahkan para ulama sudah sepakat menyatakan Ideologi Pancasila dan NKRI sudah final tidak perlu ada pembahasan lagi.
Jadi, tutur Ali Mufiz, kalau hari ini NU berada di barisan paling depan dalam kecintaan kepada NKRI, dari dulunya memang begitu. Sekarang tinggal melakukan penguatan-penguatan.
Pada kesempatan itu dilakukan MoU antara PCNU Kota Semarang dengan Universitas Wahid Hasyim (Unwahas). Perguruan Tinggi ini akan memberikan beasiswa bidik misi kepada kader-kader NU di Kota Semarang untuk meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (Samsul/Muiz)