Daerah

NU Berbagi dengan Dhuafa Pulau Tidung

NU Online  ·  Sabtu, 18 Juni 2016 | 21:25 WIB

Jakarta, NU Online
Hawa dingin begitu kuat terasa di area Masjid Agung Nurul Huda Kelurahan Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Pulau Seribu, DKI Jakarta, Sabtu (18/6) pagi. Hujan yang turun sejak Jumat malam, masih menyisa gerimis ketika tim NU Care LAZISNU PBNU dan Pimpinan Pusat Muslimat NU tiba di masjid yang mulai dibangun pada tahun 2002 itu.

Kelelahan juga tampak dari wajah anggota tim. Pasalnya selama lebih dari satu jam, mereka berlayar dalam cuaca laut yang kurang ramah, ketinggian ombak mencapai 50 centi meter, angin kencang disertai hujan.

Tingginya ombak menyebabkan kapal yang membawa tim kesusahan mengendalikan arus gelombang, menyebabkan kapal seolah-olah menginjak batu terjal, membuat badan berulang-ulang terbanting.

Nakhoda yang melajukan kapal HIU 5 yang membawa tim menggunakan kecepatan tak lebih dari 25 knot (25 mil laut per jam). Dan ketika kecepatan kapal sudah diturunkan pun, hempasan itu saja masih terasa.

Belum lagi tim harus sedikit berhujan-hujan setiba di dermaga. Dari dermaga menuju Masjid Agung Nurul Huda, tim diantar becak motor, angkutan umum andalan di Pulau Tidung.

Akan tetapi, kelelahan di wajah anggota tim segera hilang begitu melihat banyaknya warga yang telah berkumpul menunggu di dalam masjid. Pengurus Cabang Muslimat NU Kelurahan Pulau Tidung, jajaran Pengurus Kelurahan Pulau Tidung, perwakilan Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Anggota Polres Pulau Tidung, perwakilan Camat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, dan Pengurus Masjid Agung Nurul Huda pun menyambut ramah kedatangan tim.

Tujuan kedatangan tim yang kebanyakan terdiri dari para wanita itu, memang untuk menemui warga, berdialog, dan membagi kebahagiaan sebagai rangkaian Bakti Sosial Amaliah Ramadhan 1437 Hijriah. Kegiatan Bakti Sosial ini bertemakan “Berbagi untuk Semua”.

Neli Wahid dari Muslimat NU mengungkapkan ada 400 orang lansia (lanjut usia—pria dan wanita) dhuafa dan 100 anak yatim piatu di Pulau Tidung yang menjadi sasaran program ini.

Fadli, Lurah Pulau Tidung yang baru berumur 39 tahun, dan baru diangkat sebagai lurah sehari sebelumnya, menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya atas kedatangan dan bantuan dari tim. Menurutnya apa yang dilakukan tim merupakan perwujudan dari ayat Allah untuk menyantuni anak yatim dan fakir miskin.

Fadli juga berharap silaturahmi antara Pemerintah Kelurahan Pulau Tidung dengan ormas atau lembaga sosial ke depan dapat terus dipertahankan, sebagai sinergi dalam membangun masyarakat Pulau Tidung.

Sementara itu, Sam’un Sidiq (60) tahun, mantan nelayan warga Pulau Tidung yang juga menerima bantuan dari Tim, mengungkapkan bahwa bantuan sangat bermanfaat bagi warga Kelurahan Pulau Tidung. Ia menceritakan, penghasilan warga Pulau Tidung sebagai nelayan tidak pasti, tidak setiap hari warga yang bekerja sebagai nelayan mendapatkan tangkapan ikan.

“Hasil tangkapan ikan kadang impas dengan modal, kadang ada keuntungan dua kali lipat, tapi sering juga malah tombok,” ujar pria berdarah Sunda Bugis, dan ayah dari enam anak itu.

Amari, seorang warga Pulau Tidung mengatakan basis terbesar NU di Kepulauan Seribu adalah di Pulau Tidung. (Kendi Setiawan/Abdullah Alawi)