Daerah

Mualailah Jadi Orang Beruntung di Bulan Maulid

Jum, 3 Januari 2014 | 09:01 WIB

Grobogan, NU Online
Mengawali bulan Rabi’ul Awal atau dikenal bulan maulid 1435 H, sekelompok ibu-ibu komunitas jamaah Yasin-Tahlil Desa Jenggrot Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, Kamis (3/1) malam menggelar pengajian rutin dan sekaligus menyambut awal bulan kelahiran Rasulullah SAW.<>

Sebelum acara pengajian dimulai, Ibu Nyai Mardliyah memimpin pembacaan surat Yasin dan bacaan tahlil yang menjadi agenda utama komunitas jamaah ini.

Usai yasin tahlil, Ustadz Abdullah menyampaikan taushiyah kepada jamaah yang hadir. Ia mengatakan, seorang hamba dalam hal agama terbagi menjadi tiga.

“Pertama, salim (orang yang selamat) yakni orang yang menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan-Nya. Kedua, ribhun (orang yang beruntung) yakni orang yang selain mengerjakan kewajiban dan menjauhi larangan, ia juga mengistiqomahkan ibadah sunnah.

“Sedangkan yang ketiga, khosir (orang yang merugi) yakni orang yang tidak mau mengerjakan kewajiban yang diperintah oleh Allah, apalagi menjauhi larangan dari Allah,” tutur ustadz Abdullah yang katanya mengutip perkataan Imam Ghazali dalam karyanya Bidayatul Hidayah.

Ia mengajak kepada hadirin untuk menjadi seorang hamba yang beruntung atau minimal menjadi orang yang salim (selamat), jangan sampai tergolong menjadi orang yang merugi. Na’udzubillah.

“Kehadiran kita disini bisa menjadikan kita tergolong orang yang robih (beruntung), tengok saja, bacaan yang kita baca tadi (tahlil dan yasin) termasuk ibadah sunnah, tausiyah sebagai ibadah fardlu yang tergolong dalam kategori mencari ilmu,” kata Ust. Abdulillah yang disambut kata amin oleh jamaah.

Ia menuturkan, momentum maulid bisa menjadikan kaum Muslimin tergolong orang yang beruntung. Disana sini, kalau datang bulan maulid lantunan shalawat dzibaiyyah, berzanji dan simtud duror meramaikan suasana surau dan masjid.

Tausiyah yang disampaikan Ust. Abdullah tidak monoton dan disertai canda. Ia bertanya kepada jamaah, “Kalian kenal yang namanya Imam Ghozali apa tidak?”

“Tidak pak ustadz, cuma pernah dengar saja,” jawab gemuruh jamaah. “Kalau Ghonzhales kenal?” Dengan kompaknya para jamaah menjawab sambil ketawa, “Sangat kenal pak ustadz.”

Sebagai penutup acara, rangkaian doa dipimpin oleh Ustadz Abdullah. (Asnawi Lathif/Anam)