Daerah

Momen Halal Bihalal, Cari Persamaan dan Lupakan Perbedaan

Sen, 3 Juli 2017 | 01:04 WIB

Jember, NU Online
Halal bihalal adalah ajang yang cukup efektif untuk menjalin tali silaturrahim, merangkai kebersamaan, bahkan menghilangkan sekat-sekat perbedaan. Karena itu, halal bihalal perlu terus ditradisikan di tengah-tengah masyarakat.

Hal ini disampaikan Bupati Malang H Rendra Kresna dalam acara "Kupatan Bareng" di gedung Yabina, Jember, Sabtu (91/6). Menurutnya, Idul Fitri di Indonesia berbeda dengan  Idul Fitri di negara lain. Kalau di Indonesia, Idul Fitri identik dengan halal bihalal dan kunjung-mengujungi, yang intinya adalah untuk menjalin tali silaturrahim.

"Halal bihalal manfaatnya banyak, dan perlu terus ditradisikan," tegasnya saat memberikan pengarahan.

Menurutnya, meski halal bihalal sudah mentradisi sedemikian rupa di Indonesia, tetapi tidak banyak yang tahu tentang siapa yang pertama kali memperkenalkan istilah dan mempraktikkan halal bihalal tersebut.

Pengetahuan tentang siapa pencetus halal bihalal penting agar bangsa Indonesia tidak kehilangan akar sejarahnya, khususnya tentang  tokoh-tokoh kemerdekaan bangsa. "Seperti kita ketahui, yang pertama kali memperkenalkan halal bihalal adalah ulama NU yang juga tokoh kemerdekaan, yaitu KH Wahab Hasbullah," lanjutnya.

Selain menjelaskan pencetus halal bihalal, Rendra juga menegaskan pentingnya bangsa Indonesia untuk selalu memperbaiki diri. Agama Islam juga mengajarkan betapa signifikansi perbaikan diri. Perbaikan dalam pengertian melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, dalam segi apapun.

"Buktinya, ada anjuran (hadits) bahwa hari ini kita harus lebih baik dari hari kemarin. Besok juga harus lebih baik dari hari ini, dan seterusnya," kata Rendra. (Aryudi A Razaq/Alhafiz K)