Daerah

Modal Uang Jajan, Santri Bangun Perpustakaan di Kampungnya

Sen, 28 Oktober 2019 | 04:15 WIB

Modal Uang Jajan, Santri Bangun Perpustakaan di Kampungnya

Ahmad Khoeri di salah satu sudut perpustakaannya di Indramayu, Jawa Barat. (Foto: NU Online/Muhammad Faizin)

Jakarta, NU Online
Ibukota menjadi destinasi para pengembara pengetahuan. Namun, tak sedikit yang menjadikannya sebagai destinasi dalam melanjutkan perjuangan usai menamatkan studinya. Hal demikian tidak berlaku bagi Ahmad Khoeri. Pria asal Indramayu itu memastikan dirinya kembali ke kampung halamannya setelah merampungkan studinya di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
 
Ribuan buku yang berhasil ia kumpulkan dari tanah rantaunya itu menjadi modal baginya untuk membangun sebuah perpustakaan di Jalan Kapten Ibrahim, Widasari, Indramayu, Jawa Barat. Ia mengetahui betul rendahnya literasi masyarakat Indonesia karena fasilitas membaca yang belum terjangkau bagi warganya.
 
“Tahun 2018 dibangun perpustakaan dengan koleksi 8000 judul buku kurang lebih sebagai modal awal,” katanya kepada NU Online pada Senin (28/10).
 
Kesadaran untuk rajin membaca dan mengumpulkan banyak buku ia peroleh sejak tinggal di Pondok Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon. Saat itu, katanya, ada seorang pengajar di pesantrennya yang memperhatikan gerak-geriknya dalam membaca. Perhatian itu ditunjukkan dengan terus memotivasinya.
 
Bahkan dalam suatu ketika, ustaz tersebut menanyakan kepadanya terkait kesanggupannya untuk menyisakan uang saku guna membeli buku. Khoeri menyanggupinya. “Sejak obrolan itu, saya tidak lagi bertanya kenapa harus membeli buku dari tabungan uang saku,” katanya.
 
Semangatnya itu semakin menggelora manakala tahun pertama kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, ia tinggal di sebuah mushala bersama seorang ustaz yang hafal Al-Qur’an. Ia rajin membaca dan memiliki koleksi buku dan kitab yang melimpah.
 
“Karena sosoknya itulah, motivasi saya membeli buku semakin tinggi. Apalagi setahun setelah itu, saya menjadi pegawai penata buku perpustakaan fakultas selama tiga setengah tahun,” kenangnya.
 
Selain menjadi pegawai penata buku, Khoeri juga mengajar ngaji di TPA Al Azizi Kampung Utan dan mengajar pada bimbingan belajar dan privat.
 
“Uang jajan dari hasil semuanya saya belikan buku di event buku seperti Indonesia Book Fair, Islamic Book Fair, International Book Fair, Jakarta Book Fair dan lainnya. Juga di Blok M, Pasar Senen, Ciputat, Pamulang, Jogja, Bandung, Cirebon, Jakarta dan lainnya,” ujarnya.
 
Tak ayal, jumlah bukunya yang semakin banyak itu membuat cita-citanya membangun perpustakaan semakin menggebu. Ia ingin perpustakaannya menjadi yang terbesar se-Indramayu sebagai bentuk pengabdian putra daerah.
 
Namun, upayanya itu sempat bertepuk sebelah tangan dengan orang tuanya. Pria yang pernah menjadi Ketua Ikatan Mutakharrijin Madrasah Aliyah Negeri (IMMAN) Babakan Ciwaringin Cabang Jakarta itu pun menjelaskan keinginannya itu. “Orang tua memahami juga maksudnya dan ikut mendukung kegiatan anaknya,” katanya.
 
Khoeri mengatakan bahwa pertemanannya dengan orang-orang yang gemar membaca menjadi motivasi besar baginya untuk mengikuti jejak rekan-rekannya tersebut. “Memiliki sumber bacaan dan bersahabat dengan orang yang suka buku atau rajin membaca buku adalah cara untuk memotivasi diri menjadi generasi rajin membaca buku,” terang aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat itu.
 
Khoeri bertekad perpustakaannya di tahun mendatang bisa menyimpan 15.000 judul buku. “Bismillah diniati ibadah, tahun 2020 koleksi 15.000 judul buku siap dibuka secara umum. Semoga banyak rizki dan banyak dukungan,” harapnya.
 
Meskipun perpustakaan tersebut milik pribadi, akan tetapi, ia membuka bagi siapa saja yang ingin mengaksesnya. Dengan perpustakaan tersebut, Khoeri mendorong lingkungan sekitarnya untuk dapat melihat cakrawala pengetahuan yang demikian luas.
 
Ribuan koleksi bukunya itu meliputi buku anak-anak, komik, cerita bergambar, buku pelajaran, buku teori, buku-buku sastra, fiksi, politik, agama, sosial, dan sebagainya. Artinya, semua usia dapat mengakses perpustakaannya tersebut.
 
Perpustakaan yang diberi nama S16 itu memiliki motto dari pernyataan Soesilo Toer, adik Pramoedya Ananta Toer,  "Melalui Indonesia Membaca, Menuju Indonesia Menulis".
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin