Daerah

Menjaga Pancasila Berarti Manjaga NKRI

NU Online  ·  Senin, 11 Juni 2018 | 02:30 WIB

Jember, NU Online 
Pancasila bukan hal baru bagi Nahdlatul Ulama. Bahkan NU lah  satu-satunya organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang memelopori penerimaan Pancasila sebagai azas tunggal. 

Demikian diungkapkan oleh Wakil Sekretaris Pengurus Cabang NU Jember, Moch Eksan pada kegiatan buka bersama dengan ratusan kader Ansor di Dusun Karanganyar, Desa Karangrejo, Kecamatan Gumukmas, Jember, Jawa Timur, Ahad (10/6).

Menurut Eksan, Muktamar NU di Situbondo pada 1984 yang salah satu keputusannya adalah menerima Pancasila sebagai azas merupakan peristiwa sangat fenomenal dan menggetarkan jagat politik tanah air waktu itu. Betapa tidak, Orde Baru dengan hegemoninya menyodorkan Pancasila sebagai satu-satunya azas bagi Ormas dan partai politik, ditentang  banyak umat Islam.

Bahkan di internal NU juga terjadi pertentangan terkait hal itu. Sebab, mereka menilai jika Pancasila dijadikan azas, bertentangan dengan Islam sebagai agama.

“Namun KH Ahmad Shiddiq mampu meyakinkan warga NU bahwa Pancasila sebagai ideologi negara, tidak bertentangan dengan Islam,” tuturnya.

Eksan menambahkan, poin penting dari keputusan NU tersebut adalah Pancasila bukan agama, dan sampai kapan pun tidak dapat menggantikan agama. Pancasila hanya azas atau ideologi negara. Sedangkan Islam adalah akidah. “Meski Pancasila bukan agama, tapi isi Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai agama,” urainya. 

“Sila pertama sampai kelima, semunya diadaptasi dari nilai-nilai agama,” jelasnya.

Walaupun demikian, ia menyadari bahwa masih ada pihak-pihak yang berusaha mempertentangkan Pancasila dan Islam. Atau karena wawasannya yang sempit baik tentang agama (Islam) maupun Pancasila, mereka mendiskreditkan Pancasila dan berusaha untuk mengganti Pancasila dengan ideologi agama. 

“Ansor juga punya tugas untuk menjaga Pancasila. Menjaga Pancasila berarti manjaga NKRI. Dan bulan ini spesial karena merupakan bulan kelahiran Pancasila,” pungkasnya. (Aryudi Abdul Razaq/Ibnu Nawawi)Â