Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Cilacap Selatan, pada tanggal 13 Rajab 1431 H atau 26 Juni 2010 M mengadakan kegiatan rutin lailatul ijtima’ atau pengajian malam yang diikuti oleh hampir seluruh pengurus harian, lembaga, lajnah dan pengurus ranting se-Cilacap Selatan.
Kegiatan ini bertempat di Masjid al-Bahriyah Jl. Singalodra-Kebonbaru Kelurahan Cilacap Kecamatan Cilacap Selatan dan selaku tuan rumah KH Amir Fattah Ashar (Mustasyar MWC NU Cilacap Selatan).<>
Kegiatan rutin tersebut dipandu oleh Hisyam Moe’thi (Sekretaris MWC NU Cilacap Selatan) yang sekaligus memimpin pembukaan kegiatan dengan bacaan Ummu al-Kitab, dilanjutkan dengan amaliyah yang sangat mengakar dan lazim di lingkungan warga Nahdlatul Ulama berupa bacaan tahlil yang dipimpin oleh Kiai Romli (Mustasyar MWC NU Cilacap Selatan).
KH Muhammad Mudasir selaku Rais Syuriah MWC NU Cilacap Selatan, saat memberikan pengarahan kepada jajaran pengurus harian, lembaga, lajnah dan pengurus ranting se-Cilacap Selatan, menitikberatkan pada tataran agar warga Nahdlatul Ulama untuk selalu lebih meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT di tengah arus peradaban yang sangat kompleks yang berkembang dengan pesat dalam kehidupan masyarakat.
Salah satu jalan yang ditempuh dengan cara lebih giat berkumpul (silaturrahim) seperti halnya menghadiri lailatul ijtima’ untuk jajaran untuk menambah keilmuan dan wawasan yang sangat memberikan manfaat kepada diri pribadi serta dapat disosialisasikan kepada warga Nahdlatul Ulama lainnya.
Ketua Tanfidziyah MWC NU Cilacap Selatan, menggarisbawahi arahan yang disampaikan oleh Rais Syuriah sebagai masukan yang perlu direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kaitannya tentang keilmuan dan wawasan yang akan menjadi bertambahnya perbendaharaan pengetahuan bagi Pengurus MWC NU dan Ranting di Cilacap Selatan.
Lebih lanjut Ketua Tanfidziyah mengajak seluruh Pengurus MWC NU dan Ranting di Cilacap Selatan merefleksi kembali tentang pembelajaran (keilmuan) yang tidak dibatasi oleh ruang, waktu dan usia seseorang, dengan mengambil contoh KH Chozin dari Siwalan Panji Sidoarjo yang pernah menjadi guru KH Hasyim Asy’ari, suatu waktu pernah ikut menjadi santri dari KH. Hasyim Asy’ari.
Menurut berbagai sumber, saat KH Hasyim Asy’ari sedang mengajar santri di pondoknya, beliau melihat KH Chozin duduk di barisan belakang di antara para santri dan tidak selang lama KH Hasyim Asy’ari melihat dan tahu bahwa sosok sepuh di belakang tersebut tidak lain adalah gurunya saat masih muda yaitu KH Chozin, maka terjadilah adu argumentasi di antara keduanya.
KH Hasyim Asy’ari mengatakan bahwa tidak layak dirinya mengajar KH Chozin yang tidak lain adalah gurunya serta sangat tidak pantas apabila KH Chozin bertempat tinggal di kamar bersama para santri dalam kesehariannya, akan tetapi KH Chozin tetap berpendirian tetap minta diperlakukan sama sebagaimana santri lainnya.
Akan tetapi KH Hasyim Asy’ari mempunyai pemikiran yang sangat brilliant dengan mengatakan kepada KH Chozin ”Tuan Guru, sekarang saya dianggap sebagai guru dari Tuan, maka saya yang berposisi sebagai guru sekarang mempunyai aturan, pertama, tidak memberikan ijin kepada Tuan untuk bertempat tinggal satu kamar bersama santri lainnya, kedua, tidak diperbolehkan Tuan mencuci baju Tuan sendiri, ketiga, apabila Tuan memerlukan sesuatu (makan, minum dsb) maka Tuan tidak diperkenankan minta bantuan santri lainnya tetapi harus minta bantuan kepada saya (Hasyim Asy’ari) secara langsung dan saya yang akan mengerjakannya dan aturan ini harus ditaati layaknya seorang santri kepada gurunya,” kata pendiri Nahdlatul Ulama."
Kisah di atas dapat dijadikan tauladan kepada warga Nahdlatul Ulama bahwa pribadi sekaliber KH Muhammad Hasyim Asy’ari dan KH. Chozin-pun tetap mempunyai semangat untuk menuntut dan menggapai ilmu serta tidak meninggalkan tradisi yang sangat kental di kalangan Nahdlatul Ulama dalam kerangka saling hormat menghormati antara guru (kiai) dan murid (santri) serta nilai takdzim di antara keduanya. Hal yang sama juga terjadi pada kisah Syaikhona Cholil Bangkalan yang ikut belajar (nyantri) kepada KH Dahlan Jampes Kediri.
Lailatul ijtima’ tersebut juga menjadi ajang koordinasi dan rapat yang dipimpin langsung oleh Ketua Tanfidziyah dengan agenda program MWC NU Cilacap Selatan, seperti wacana melakukan ziarah kubur ke makam beberapa tokoh penting Nahdlatul Ulama, pendataan imam masjid/musholla secara bergilir dalam rangka bulan suci Ramadlan dan rencana menerbitkan Buletin Jum’at Nahdlatul Ulama.
Sebagai bentuk tanggung jawab kepada organisasi, Ketua Tanfidziyah mengatakan ”Kepada warga Nahdlatul Ulama khususnya Cilacap Selatan, untuk ikut berperan aktif dalam Pencanangan Gerakan Wakaf dan Harlah ke 87 Nahdlatul Ulama yang puncaknya akan dilaksanakan oleh PCNU Kabupaten Cilacap beserta Panitia Harlah di Lapangan Tennis Indoor Cilacap, semoga sukses dan tunjukkan bahwa organisasi kita merupakan organisasi besar yang bisa diterima berbagai lapisan masyarakat.
Sekitar pukul 23.00 Wib kegiatan Lailatul Ijtima’ diakhiri dengan bacaan do’a. Semoga bermanfaat dan memberikan sumbangsih kepada organisasi. (mad)
Terpopuler
1
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
2
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
3
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
4
Khutbah Jumat: Menjaga Keluarga dari Konten Negatif di Era Media Sosial
5
PCNU Kota Bandung Luncurkan Business Center, Bangun Kemandirian Ekonomi Umat
6
Rezeki dari Cara yang Haram, Masihkah Disebut Pemberian Allah?
Terkini
Lihat Semua