Brebes, NU Online
Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Losari Brebes bekerja sama dengan pemerintah kecamatan setempat memperingati hari Kartini ke-137 dengan menggelar pengajian. Hal ini dilakukan untuk mengubah paradigma peringatan Kartini yang biasanya diisi dengan lenggak-lenggok.
“Kita ingin mengubah paradigma budaya lenggak-lenggok saat peringatan Hari Kartini diubah dengan pengajian,” kata Camat Losari, Hudiyono saat menyampaikan sambutan pengajian, di halaman kantor Kecamatan Losari, Kamis (21/4).
Menurut Hudiyono, penampilan menar-menor pada dasarnya bukan bawaan Kartini. Kartini justru tampil anggun, dengan dandanan yang sederhana. Hudiyono menyakini, kalau kaum ibu sangat menyejukan. Sehingga ketika tampil di muka akan membawa kedamaian, semangat dan kesejukan yang sangat kuat. “Tapi kalau wanita sudah menyimpang dari kodratnya, jangan harap ada kedamaian,” terangnya.
Bukti dari itu, kata Camat, penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak di Kecamatan Losari telah berjalan sukses, lancar dan aman karena peran para wanita Losari yang damai, tidak provokatif. “Tidak puas dalam suatu hasil pilkades, itu hal yang wajar,” katanya.
Ketua PAC Fatayat NU Losari Hj Farizah mengaku senang dengan semangat Camat Losari yang menggandeng PAC Fatayat NU menggelar peringatan Hari Kartini dengan pengajian. “Saya senang karena pemerintahan di Kabupaten Brebes dari desa, kecamatan hingga kabupaten senang mengaji,” ujarnya.
Hal ini senapas dengan Fatayat NU yang juga senang pengajian, meskipun kegiatan sosial, pendidikan, keterampilan, ekonomi kreatif juga digelar oleh Fatayat NU. “Emansipasi wanita, pada hakikatnya semangat menguatkan potensi diri sebagai wanita yang berkualitas,” tandas Izah.
Sebagai apreasiasi atas kerja sama dengan pihak kecamatan, dirinya mengerahkan anggota Fatayat NU dari 30 Ranting se-Kecamatan Losari. “Alhamdulillah, ribuan pengunjung tumplek blek dalam pengajian tersebut,” ujarnya.
Sebagai pembicara, Pengasuh Pondok Pesantren Ibnu Syahir Kuningan Jawa Barang, Nyai Nok Jamilah. Dalam pesannya, dia mengajak kepada seluruh wanita untuk tetap menjadi istri yang saleha. Meskipun telah menempati kedudukan yang sejajar dengan kaum Adam, bahkan ada yang melebihi. Sebab, wanita itu tiang negara. Apabila wanita itu baik maka akan kokoh Negara tersebut, namun bila wanitanya rusak maka rusak pulalah negara.
“Istri saleha, justru akan menjadi spirit bagi keluarga, masyarakat dan bangsa,” kata Nok Jamilah. (Wasdiun/Zunus)