Daerah

Mengapa Makanan Bisa Barokah? Ini Penjelasan Kiai Muwafiq

Selasa, 4 Desember 2018 | 05:15 WIB

Jakarta, NU Online
Kiai Gondrong asal Yogyakarta, Gus Muwafiq, menjelaskan logika makanan barokah yang banyak sekali ditemui di berbagai ritual keagamaan di Indonesia, termasuk dalam Maulid Nabi. Tabarrukan makanan, ungkapnya, adalah perilaku umat Islam dalam mencontoh Sahabat Nabi Muhammad SAW.

Demikian disampaikan kiai yang kini tinggal di Jombor, Sleman, Yogyakarta saat ceramah dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW di kediaman Wakil Ketua MPR RI H Muhaimin Iskandar (Cak Imin) di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (03/12) malam. Ceramah ini dilive streaming via facebook oleh akun Billy Ariez.

"Sahabat itu kalau tahu Rasulullah puasa memperingati hari kelahirannya, pulang kepada istrinya masing-masing, nanya: di rumah ada makanan nggak?" ungkap Gus Muwafiq.

Kemudian para sahabat Nabi itu menyuruh istrinya masing-masing untuk memasak makanan yang enak, untuk kemudian diberikan kepada Nabi untuk berbuka puasa.

"Maka kalau pas Rasul puasa, sekampung Madinah itu bau roti, bau daging. Lha nanti kalau sore makanan itu diantar ke Rasulullah. Kemudian di rumah Rasulullah penuh makanan. Sesudah itu Rasul memanggil sahabatnya untuk makan bersama," jelasnya.

Setelah waktu tiba, Rasul berdoa: Allahumma baarik lanaa fima razaqtana waqina 'adzaabannaar. "kemudian Rasul mempersilakan. Nah, makanan yang disentuh Rasulullah ini yang jadi 'rebutan' sahabat nabi," ungkap Gus Muwafiq.

Kemudian, lanjutnya, ulama-ulama hikmah menjelaskan itu ternyata sangat gamblang. "Apa yang terjadi setelah itu, sebenarnya? Sebenarnya adalah beralihnya makanan dari rumah sahabat, ke rumah Rasulullah, didoakan oleh Rasulullah, keluar lagi dari rumah Rasulullah, dan terjadi perubahan nilai. Status dan nilainya berubah, " jelas kiai berambut Gondrong ini.

Gus Muwafiq pun mencontohkan, Ia mengambil sebotol air mineral yang ada di depannya. "Ini tadi punya Gus Imin, punya panitia (pengajian). Terus dikasihkan saya, ditaruh di (depan) saya ini. (air mineral) yang sebelumnya milik Gus Imin menjadi milik saya," terangnya. Hadirin pun masih menyimak dengan seksama.

Kemudian air mineral itu diberikan oleh Gus Muwafiq kepada salah satu jamaah yang ada di depannya. "itu yang memberi saya atau Gus Imin?" tanyanya. "Anda," jawab orang yang diberi. "Nah, jadi kalau tadi itu milik Gus Imin, diberikan kepada saya, maka sekarang anda yang saya beri. Itu pemberian dari saya," terangnya.

Jadi, kata Gus Muwafiq, simpelnya, makanan dari sahabat, diberikan kepada Nabi, didoakan, lalu keluar dari rumah Rasulullah (dibawa pulang sahabat), maka statusnya menjadi makanan barokah. Maka orang di sini mengenal istilah berkat, makanan barokah.

Tak hanya itu. Kiai yang dikenal kebal dan jadug ini pun mencontohkan sepasang laki-laki dan perempuan. Ketika mereka berdua masuk ke KUA, kemudian ijab-qabul, didoakan "...barakallahu lakuma..." begitu keluar, meski baju dan orangnya sama, nilai dan statusnya sudah beda: menjadi sepasang suami istri. "Yang sebelumnya mencubit berdosa, setelah menjadi suami istri berpahala," terangnya, diikuti gelak tawa ratusan hadirin.

Kalau ada yang bertanya: masak makanan bisa menyimpan barokah? Gus Muwafiq dengan enteng menjawab: jangankan makanan, kaset saja bisa menyimpan suara. Flash Disk bisa menyimpan 'Al-Quran'. Maka, makanan jika dibacakan doa barokah, berubah menyimpan barokah. Jika dimakan, menjadi daging (dalam tubuh) barokah. Daging barokah tidak akan dibakar api neraka.

"Maka, doanya: Allahumma baariklana fiima razaqtana waqina adzaabannar"(Ya Allah! berikanlah berkah bagi kami terhadap apa yang Engkau anugerahkan, serta jauhkan kami dari siksa api neraka.)," pungkasnya. (Ahmad Naufa/Muiz)