Daerah

Menegakkan Panji-Panji NU di UGM melalui KMNU

NU Online  ·  Rabu, 20 Maret 2013 | 05:31 WIB

Yogyakarta, NU Online
Dunia mahasiswa merupakan masa dimana semangat muda menggebu-gebu. Ada sebagian dari mereka memanfaatkannya dengan terjun dalam dunia politik, tapi tidak sedikit pula yang jenuh dengan dunia itu.<> Terkadang mereka lebih memilih aktif menyibukkan diri dengan ritual ubudiyah. Itulah yang dirasakan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Universitas Gadjah Mada (KMNU UGM). 

KMNU UGM lahir akibat keprihatinan akan banyaknya mahasiswa berlatar belakangan NU yang lebih memilih aktif di organisasi kemahasiswaan yang ketika selesai studi melanjutkan kariernya di dunia politik praktis. Hal ini menjadi semacam kelaziman. Alumni HMI, misalnya melanjutkan karirnya sebagai politisi Golkar, GMNI ke PDI-P, KAMMI ke PKS, dan PMII ke PKB.

“Beberapa teman merasa kondisi ini akan membuat perpecahan yang tak perlu. Oleh karenanya, perlu sebuah payung bersama anak-anak NU di kampus yang mampu membuat semua pihak merasa nyaman. Mereka sepakat mendirikan sebuah ‘organisasi kemahasiswaan’ yang berisi anak-anak NU yang bersifat bebas dan terbuka,” kata Wildan Sayidi yang pernah menjadi pengurus KMNU UGM.

Wildan menambahkan, “pada tahun 2001 wadah tersebut diberi nama KMNU dengan mengambil konsep gerakan kultural sebagai penguatan dakwah Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) ala NU. Secara de jure, ada dua pemikiran utama dalam mendirikan KMNU UGM. 

Pertama, mahasiswa NU di UGM belum terorganisir dengan baik. Banyak mahasiswa NU kebingungan memilih aktif di organisasi mana. Mereka tidak menemukan organisasi mahasiswa yang berlabel NU, meskipun telah ada PMII.

Kedua, mahasiswa NU harus bisa memanfaatkan basis kultural ke-NU-annya dalam melakukan aktivitas keagamaan di lingkungan kampus UGM. Di sisi lain, saat ini penyebaran pemahaman dan aliran-aliran non-aswajadi UGM semakin kuat. Tren ini terjadi di hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

“Memang KMNU UGM khusus bergerak pada bidang dakwah dan ubudiyah sebagai sarana membentengi mahasiswa NU UGM dari serangan ideologi-ideologi non-Ahlusunnah wal Jamaah,” kata Wildan.

Deklarasi KMNU UGM pertama kali dilakukan di ruang 110 Fakultas Pertanian UGM lama dengan mempercayakan Faisol Mas’ud sebagai ketua KMNU UGM pertama. Mahasiswa angkatan 1998 ini memulai KMNU dengan menghidupkan kembali tradisi-tradisi NU di lingkungan kampus UGM, seperti sholawatan, barzanji, tahlil, yasinan, dan ziarah ke makam para ulama. 

Dapat dikatakan peran KMNU UGM di lingkungan kampus UGM menjadi urgen ditengah-tengah serangan aqidah non-Aswaja. Meski KMNU UGM ini termasuk organisasi bil ghoib, namun eksistensi KMNU UGM mampu memberikan sumbangan nyata dalam menjaga tradisi-tradisi Aswaja di lingkungan kampus UGM. 

Banyak kegiatan yang telah dilakukan KMNU UGM. Salah satunya adalah workshop dan pelatihan kepemimpinan kader-kader NU di Pondok Bina Akhlak Plosokuning, Sleman, Yogyakarta pada 10 Mei 2009, pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam memeriahkan acara Kids Fun Day ke-2 yang diselenggarakan oleh SD NU Yogyakarta, 2012, dan lain sebagainya. 

Sampai saat ini, tercatat setidaknya ada 500 mahasiswa yang menjadi anggota KMNU UGM. KMNU juga bergerak di dunia maya. Di jejaring sosial Facebook, fanspage KMNU Komunitas memiliki 1.079 penggemar.

Belum lama ini KMNU mengadakan majma’unnahdliyin atau pertemuan warga NU dalam rangka pergantian pengurus periode 2010-2012 di Pesantren Inayatullah Yogyakarta, Sabtu (12/05/12). Pertemuan itu, kemudian memilih Izzul Abid sebagai ketua KMNU UGM periode 2012-2013. 

“Tantangan terberat KMNU UGM saat ini adalah dakwah di kampus. Banyak anggota yang sering tergoyahkan oleh aqidah-aqidah non-Aswaja. Mereka dakwahnya ngeri-ngeri. Mereka sering mengharamkan ubudiyah aswaja, lewat buletin-buletin yang tersebar secara gratis di lingkungan kampus UGM,” tambah Wildan. 

Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Rokhim, Taufiqurrahman