Daerah

Melalui MTQN, Kemenag NTB Usung Pesantren Tahfidh

Ahad, 3 April 2016 | 06:00 WIB

Melalui MTQN, Kemenag NTB Usung Pesantren Tahfidh

Kakanwil Kemenag NTB H Sulaiman Hamid

Lombok Barat, NU Online
Perhelatan Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) XXVI yang akan dilaksanakan selama sepekan (30 Juli-6 Agustus 2016) di Nusa Tenggara Barat (NTB) terus dipersiapkan. Secara khusus, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat H Sulaiman Hamid ingin mengusung pesantren yang memiliki program tahfidh agar ikut serta dalam agenda nasional ini.

“Pertama, melalui MTQ ini kami ingin memperkuat pembinaan umat, khususnya terkait menjamurnya penghafal Al-Qur’an. Kedua, kami ingin mengangkat NTB sebagai basis umat Islam terbesar. NTB ini kan berada di antara dua provinsi mayoritas nonmuslim, yakni Bali dan NTT. Kami di sini 95 persen muslim,” ujarnya kepada NU Online di kediamannya, Lombok Barat, NTB, Jumat (1/4) malam.

Sulaiman Hamid ingin menaikkan citra umat Islam dan citra daerah yang selama ini dijuluki daerah seribu masjid. “Kemudian, dari sisi pariwisata akan kami perkenalkan sejumlah tujuan wisata yang ada nilai religiusnya, seperti makam para wali dan habaib,” tandas Pembina PW IPNU NTB ini.

Di Provinsi NTB, lanjut dia, terdapat makam-makam keramat yang banyak dikunjungi warga. Selain ingin mengenal para tokoh agama masa silam, masyarakat tertarik dengan penataan makam yang bersih, rimbun, asri, dan rapi. Misalnya, makam Datuk Syekh Ahmad Tretetet Mataram, Habib Husen bin Umar Masyhur (makam Bintaro), Syekh Gauz Abdurrazak (makam Loang Baloq), dan makam Batu Layar di Senggigi.

Hal lain yang terus diupayakannya adalah mengajak anak-anak Rohani Islam (Rohis) yang ada di SMP, SMA, SMK untuk turut serta dalam MTQ. “Kami dorong ada gerakan nyata yang bisa mereka lakukan sehingga bisa turut mengurai persoalan remaja yang selama ini tersangkut persoalan narkoba. Saya minta Rohis melalui OSIS ini menyodorkan program apa yang harus didukung pemerintah,” harapnya.

Menurut Sulaiman, selain anak madrasah dan pesantren, MTQ diharapkannya dapat diikuti siswa SMP dan SMA/SMK. Siswa sekolah umum baik muslim maupun nonmuslim akan dilibatkan baik sebagai peserta maupun sebagai penggembira melalui penampilan menjelang pembukaan dan pawai ta’aruf.

“Kami ingin tunjukkan kepada para tamu bahwa kerukunan umat beragama di NTB ini terjaga dengan baik dan luar biasa. Mudah-mudahan Pak Menteri Agama berkenan datang menyertai Presiden RI membuka acara tersebut,” harap pria yang belum genap dua tahun menjabat Kakanwil Kemenag NTB ini.

Kenangan MTQ 1978

Sejarah mencatat, lanjut Sulaiman, perhelatan MTQ di NTB pernah dilaksanakan pada tahun 1978. Tentu saja masyarakat akan mengenang kembali bahwa NTB pernah terlibat langsung sebagai panitia dalam perhelatan nasional tersebut. Meski demikian, pihaknya mengakui bahwa kondisi sekarang tentu berbeda.

“Kalau dulu, nuansa musabaqah-nya luar biasa. Masyarakat bisa melihat langsung sampai seminggu lebih. Untuk sekarang, mungkin beda formatnya. Nah, untuk 2016 ini memang jatah NTB. Sebab, waktu di Batam sudah diumumkan bahwa MTQ berikutnya di sini. Jadi, Pak Menag Lukman langsung menyerahkan bendera MTQ kepada kami,” tuturnya.

Sulaiman berharap keterlibatan aktif dari sejumlah pesantren besar. Setidaknya ada empat atau lima pesantren yang ia libatkan supaya setiap malam mereka bisa membawa santrinya minimal 300-500 orang untuk menyemarakkan acara tersebut.

“Kami sudah menghitung pondok mana saja yang akan dilibatkan. Antara lain Pesantren Qamarul Huda Bagu, Al-Mashuriyah Bonder, Al-Maarif Darek, Nahdlatul Wathan Pancor dan Anjani. Jadi, supaya nuansa kebersamaan itu betul-betul terasa. Kami akan tunjukkan di situ,” tegasnya.

Melalui MTQ Nasional ini, ia berharap pesantren bisa lebih giat memacu para santri terutama yang ikut program tahfidz yang ada di provinsi ini. Memang, NTB selain memiliki banyak santri tahfidz juga punya lembaga penghafal Al-Quran kendati masyarakat sebenarnya tidak terlalu berharap untuk itu.

“Tetapi, paling tidak dampak MTQ ini bisa lebih memberikan wawasan kepada masyarakat untuk bisa lebih meningkatkan kualitas dirinya dan kualitas pemahamannya terhadap Al-Quran itu sendiri,” pungkas Sulaiman. (Musthofa Asrori/Mahbib)