Daerah

Masjid Jami' Tua Kewalahan Tampung Jamaah Selama Ramadan

NU Online  ·  Jumat, 21 September 2007 | 08:35 WIB

Makassar, NU Online
Masjid Jami’ Tua di Kota Palopo,  Sulawesi Selatan selama bulan Ramadan dipadati jemaah dari berbagai daerah baik yang datang untuk salat tarawih maupun salat subuh.

Karena banyaknya jemaah yang datang di masjid tua itu, maka pengurus masjid terpaksa menambah kapasitas ruangan dengan cara menggelar tikar dan sajadah di bagian halaman dan samping mesjid hingga ke jalan raya.

<>

Masjid Jami’ Tua Palopo yang berdiri sekitar empat abad lalu, selama Ramadan menjadi pilihan warga muslim setempat di samping mesjid Agung Palopo, kata Imam masjid itu, H Abd Latief di Makassar, Jumat.

Menurut dia, karena padatnya jemaah yang datang ke mesjid  bernilai sejarah tinggi itu, pengurus menetapkan tiga orang imam yang bergilir memimpin salat fardu dan salat tarawih.

Masjid Jami’, katanya, tidak pernah sepi dari jemaah khususnya di bulam Ramadan karena pada siang hari hingga menjelang berbuka puasa, sebagian jemaah tetap bertahan di masjid untuk mengaji, tadarus Alquran dan berzikir.

Bukan hanya warga Kota Palopo yang datang ke mesjid tersebut, melainkan sejumlah jemaah lainnya datang dari kabupaten tetangga seperti Luwu Utara, Luwu, Sidrap dan Wajo.

Sebab masih ada kepercayaan masyarakat yang menyebutkan bahwa mereka yang datang ke "Bumi Sawerigading" Luwu belum resmi menginjakkan kaki di "Tanah Luwu" apabila belum menyentuh tiang utama Masjid Jami’ Tua Palopo yang terbuat dari pohon "Cinaduri" serta dinding tembok yang menggunakan bahan campuran dari putih telur saat dibangun ratusan tahun lalu.

Selain itu, di mesjid tua ini ada pula kegiatan rutin yakni acara "barzanji" yang digelar pengurus bersama warga setempat pada setiap Kamis malam.

Masjid Jami’ Tua yang memiliki nilai sejarah peradaban  masuknya agama Islam di Sulsel itu menjadi salah satu obyek wisata religius di Sulsel yang pengelolaan dan pemeliharaannya mendapat bantuan dari pemerintah setempat.

Bantuan dari pemerintah Kota Palopo tersebut berupa honor untuk karyawan, guru mengaji dan tiga orang iman sebesar Rp3 juta setiap bulan serta memanfaatkan air PDAM secara gratis setiap bulan.

Pemerintah setempat juga mengalokasikan dana dalam APBD setiap tahun untuk pemeliharaan sarana ibadah, disamping dana yang bersumber dari APBD Sulawesi Selatan untuk rumah ibadah di 23 kabupaten dan kota. (ant/nun)