Oleh Zaprulkhan
Saat ini, pemerintah sudah membuka pendaftaran untuk Calon Pegawai Negeri Sipil atau Aparatur Sipil Negara (CPNS/ASN) dalam berbagai bidang formasinya. Paling tidak ada dua catatan kritis yang perlu kita ajukan di sini. Pertama, tes ujian masuk CPNS yang diadakan pemerintah bagi calon guru dan dosen khususnya, harusnya jangan hanya berhenti pada tes kompetensi wawasan kebangsaan, intelegensi umum, dan karakteristik pribadi serta tes kompetensi bidang keahlian semata.
Ketika menyeleksi para calon pendidik, harusnya pihak pemerintah lebih menelusuri track record mereka dalam bidang keilmuan. Ijazah penting, tapi yang lebih penting adalah mengetahui gairah mereka terhadap ilmu pengetahuan sesuai bidang mereka masing-masing.
Para calon PNS, khususnya para guru dan dosen-dosen itu, harus dilihat sejauh mana kecintaannya terhadap ilmu, gairahnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, minatnya dalam membaca dan sudah sejauh mana karya-karya tulisnya. Bahkan sudah berapa banyak buku-buku yang sudah dibacanya.
Ini mungkin terlihat sederhana, tapi sangat penting. Kecintaan seseorang terhadap ilmu, dapat dilihat dari kegemarannya dalam membaca, dalam memburu buku-buku baru atau karya-karya terbaru yang senantiasa muncul. Tidak ada seorang pencinta ilmu, yang tidak gemar membaca; Buku dan ilmu pasti sudah menjadi teman karibnya sepanjang waktu.
Sebab kalau hanya fokus pada tes intelegensi, kompetensi, dan kebangsaan, para calon guru dan dosen bisa menciptakan jurus metode SKS (Sistem belajar Kebut Semalam atau Seminggu). Dalam beberapa hari atau hanya dalam hitungan satu minggu, mereka dapat belajar materi-materi tersebut mati-matian secara fokus dan total sehingga mereka mampu menjawab soal-soal yang diujikan. Lalu mereka lulus menjadi PNS/ASN.
Tapi kemudian, mereka tidak memiliki ghiroh, semangat, dan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. Mereka menjadi guru dan dosen, tapi tidak memiliki minat membaca dan tidak mampu menulis. Lalu apa yang akan mereka berikan kepada anak didik atau mahasiswa mereka? Sebab bagaimana nantinya mereka akan menumbuhkan ghiroh dan kecintaan terhadap ilmu kepada para murid dan mahasiswa-mahasiswa mereka, kalau mereka sendiri tidak memiliki ghiroh dan kecintaan terhadap ilmu?
Bagaimana mungkin mereka akan mampu meniupkan spirit membaca dan menulis ke dalam dada peserta didik mereka, bila mereka sendiri tidak menyukai kegiatan membaca dan tidak mampu berkarya (menulis). Sebab, Faqidus sya’i laa yu’thi, “Kita tidak akan pernah bisa memberi sesuatu yang tidak kita miliki”, begitu bunyi salah satu adagium hikmah arab klasik.
Kedua, juga penting untuk dilihat, background atau track record orang-orang yang terlibat gerakan-gerakan ekstrem atau radikal yang berupaya merong-rong NKRI. Kalau latar belakang mereka terlibat ormas-ormas radikal yang selama ini merongrong falsafah bangsa, maka pemerintah harus bersikap tegas untuk menolak mereka.
Sebab sekali lagi, kalau hanya untuk melewati tes tertulis secara formalitas, sangat mudah menjawabnya. Secara teoretis di atas kertas, mereka akan menjawab bahwa mereka mendukung semua prinsip-prinsip kebangsaan: falsafah bangsa, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.
Namun dalam praktiknya, mereka justru akan merongrong, mengikis, dan menghancurkan prinsip-prinisp kebangsaan secara terencana dan terprogram, sistematis dan terstruktur. Tujuan mereka memang ingin menggoncang sendi-sendi kebangsaan dan kenegaraan dari dalam struktur pemerintahan itu sendiri.
Sebenarnya, di sini ada sesuatu yang menggelikan pada sikap sebagian orang-orang yang menolak sistem pemerintahan negara kita. Dengan lantangnya, mereka meneriakkan bahwa sistem pemerintah kita tidak islami. Tapi ketika ada pembukaan tes perekrutan CPNS/CASN, mereka justru berduyun-duyun ikut melamar. Mereka berjuang mati-matian agar bisa menjadi pegawai negara dan pemerintah secara formal.
Sungguh sebuah sikap kontradiktif yang sangat transparan: dengan lantangnya mereka mengkritik sistem pemerintah kita tidak islami, tapi tatkala ada pembukaan ujian masuk menjadi CPNS/CASN, mereka justru berjuang bagaimana caranya agar bisa lulus menjadi PNS/ASN. Sebuah perilaku yang melanggar prinsip yang mereka pegang sendiri.
Hari ini, kita semua sudah tahu dan sudah bukan rahasia lagi, kalau sebagian orang-orang yang menolak falsafah bangsa dan NKRI, serta mengusung gerakan untuk mendirikan negara Islam atau khilafah islamiyah kini sudah mulai masuk dalam berbagai struktur pemerintahan secara formal.
Entah mereka menjadi guru dan dosen. Entah mereka menjadi anggota Polri atau TNI. Atau sebagian mereka juga bekerja di bagian institusi BUMN. Bahkan ada juga sebagian kecil mereka yang menduduki posisi tinggi dan strategis.
Tentu saja, fenomena ini sangat berbahaya bagi perjalanan bangsa dan negara kita ke depan. Karena itulah, sudah saatnya bila pemerintah dalam berbagai lininya harus konsisten dalam merawat kesatuan bangsa dan negara kita dengan bersikap tegas kepada siapapun yang akan mengikis, merongrong dan meruntuhkan sendi-sendi bangunan falsafah bangsa, UUD 1945, dan NKRI sebagai rumah besar masyarakat Indonesia.
Dan salah satu caranya adalah dimulai dengan menolak tegas orang-orang dari kelompok pengusung negara Islam atau khilafah Islamiyah dalam perekrutan CPSN/CASN tahun ini.
Penulis adalah Dosen STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung