Daerah HARI SANTRI 2020

Lima Kegiatan Digelar JQHNU DIY Sambut Hari Santri

Rab, 14 Oktober 2020 | 23:30 WIB

Lima Kegiatan Digelar JQHNU DIY Sambut Hari Santri

Ketua PW JQH NU DIY, KH Ujang Shihabuddin (Foto: Bramma Aji)

Yogyakarta, NU Online

Menyongsong Hari Santri 22 Oktober 2020, Pengurus Wilayah Jam'iyatul Qurra Wal Huffadh (PW JQH) NU Daerah Istimewa Yogyakarta siap menggelar lima kegiatan sekaligus. Rencananya, kelima kegiatan ini akan dihelat serentak pada Ahad (18/10) Pengurus Cabang JQH masing-masing Kabupaten/Kota se-DIY.

 

Ketua PW JQH NU DIY, KH Ujang Shihabuddin menegaskan hal itu di sela-sela Rapat Koordinasi (Rakor) PW JQH NU DIY di RM Bale Timoho, Yogyakarta, Rabu (14/10).

 

"Meski masih pandemi, PW JQH NU DIY beserta PC JQH NU se-DIY tetap semangat menyongsong Hari Santri 2020. Namun, kegiatan tidak bersifat umum, hanya internal pengurus sebagai upaya protokol pencegahan Covid-19," jelasnya.

 

Menurut Ujang, masing-masing PC JQH NU akan menggelar acara yang berbeda satu sama lain. "Namun semuanya saling melengkapi sebagai representasi kehadiran JQH NU DIY di tengah masyarakat," terangnya.

 

Ia lantas merinci kelima kegiatan tersebut adalah PC JQH NU Bantul dengan Bedah Tafsir; PC JQH NU Kota Yogyakarta dengan Haflah Qira’ah Sab’ah; PC JQH NU Kulon Progo dengan Pameran Kaligrafi; PC JQH NU Sleman dengan Haflah Tilawah; dan PC JQH NU Gunungkidul dengan Sema’an Al-Qur’an.

 

"Semua dilakukan secara tatap muka dengan mengikuti protokol kesehatan, juga sebagai ajang konsolidasi pengurus," tambah Ujang seraya menambahkan teknis pelaksanaan tempat penyelenggaraan diserahkan masing-masing PC JQH Kabupaten/Kota.

 

"Dengan kegiatan ini kami berharap semoga dengan berkah Al-Qur’an, pandemi dapat segera berakhir," pungkasnya.

 

Taati protokol kesehatan

Sementara itu, Ketua PBNU H Eman Suryaman meminta pelaksanaan kegiatan Hari Santri 2020 tetap dengan menaati protokol kesehatan cegah Covid-19. 

 

"Kegiatan peringatan Hari Santri di pesantren-pesantren ada berbagai macam. Ada yang dilakukan secara daring tetapi ada juga yang tidak (luring). Untuk itu, dalam menggelorakan Hari Santri (secara luring atau tatap muka) kita harus tetap menggunakan protokol kesehatan yang ketat," katanya usai peluncuran Kartu  Santri di Kantor Pusat BRI Syariah Jakarta, Rabu (14/10).

 

Ditegaskan, protokol kesehatan harus ketat diterapkan di pesantren yang melangsungkan kegiatan peringatan Hari Santri. Tujuannya agar acara Hari Santri tetap terlaksana tanpa mengurangi substansi rasa khidmatnya.  

 

"Selain itu (dengan protokol kesehatan yang ketat) kita juga bisa selamat dari berbagai hal yang akan merugikan kita yaitu Covd-19 yang jangan sampai masuk ke badan kita. Pesantren harus menerapkan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker)," jelasnya.

 

Peringatan Hari Santri, lanjut dia, harus dimaknai sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah karena Indonesia bisa merdeka, yang salah satunya berkat jasa para ulama dan santri di lingkungan Nahdlatul Ulama.
 

Kontributor: Bramma Aji Putra
Editor: Kendi Setiawan