Daerah

Lewat Badan Kemaritiman, NU Jatim Petakan Permasalahan di Kawasan Pesisir

Sen, 21 Januari 2019 | 01:00 WIB

Surabaya, NU Online
Dalam rangka memperkuat program kerja organisasi yang telah dirancang, Badan Kemaritiman Nahdlatul Ulama (BKNU) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur menggelar rapat koordinasi wilayah (rakorwil). Kegiatan yang terlaksana beberapa waktu lalu dipusatkan di gedung PWNU Jatim, jalan Masjid al-Akbar Timur 9 Surabaya.

Menurut Ketua BKNU, KH Mahmud Mustain, Rakorwil ini merupakan bentuk tindak lanjut dari rapat kerja (Raker) yang telah dilaksanakan sebelumnya.

“Sebelumnya BKNU telah melaksanakan Raker yang diikuti pengurus BKNU saja. Rakorwil ini diadakan dalam rangka memperkuat program yang telah dirancang dan mensosialisasikan kepada PCNU yang berada di wilayah pesisir,” jelasnya saat ditemui di kediamannya, Ahad (20/1).

“Jadi, kami mengundang pengurus cabang untuk mensosialisasikan, sekaligus meminta masukan. Barangkali ada yang ditambah kurangkan. Alhamdulillah respons mereka bagus,” jelasnya.

Kiai Mustain yang merupakan dosen Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengatakan, saat ini sudah ada empat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di Jawa Timur yang memiliki BKNU.

“Saat ini sudah ada empat cabang NU yang memiliki BKNU, Lamongan, Pacitan, Banywangi, dan Situbondo. Rencananya kami minta semua PCNU yang berada di pesisir memiliki BKNU,” ungkapnya.

Ia menjelaskan langkah awal yang akan dilakukan oleh pengurus BKNU Jatim adalah mendetilkan masing-masing permasalahan kemaritiman yang ada di PCNU yang terletak di sekitar pesisir pantai.

“Nantinya pengurus akan dibagi menjadi enam rayon untuk mendokumentasikan secara ilmiah mengenai permasalahan yang ada di cabang. Dari sana akan bisa diketahui kegiatan apa yang diperlukan,” paparnya.

Hal ini dikarenakan tiap daerah memiliki permasalahan berbeda, walhasil cara penanganannya pun berbeda pula.

“Tiap cabang, kasus yang dihadapi berbeda. Jadi cara penanganannya pun berbeda,” tukasnya. (Hanan/Ibnu Nawawi)